Sabtu, 09 Mei 2015

Tugas 2: TERAPI KELOMPOK


I. Pengertian Terapi Kelompok
            Menurut Suharto (2007) Terapi Kelompok adalah salah salah satu metoda pekerjaan sosial yang menggunakan kelompok sebagai media dalam proses pertolongan profesionalnya.  Terdapat definisi formal dari beberapa tokoh mengenai Terapi Kelompok (dalam  Suharto, 2007) sebagai berikut:
1.      Terapi Kelompok adalah metoda pekerjaan sosial dengan mana pengalaman-pengalaman kelompok digunakan oleh pekerja sosial sebagai medium praktik utama yang bertujuan untuk mempengaruhi keberfungsian sosial, pertumbuhan atau perubahan anggota-anggota kelompok (Margaret E. Hartford).
2.      Terapi Kelompok adalah suatu metoda khusus yang memberikan kesempatan-kesempatan kepada individu dan kelompok untuk tumbuh dalam setting-setitng fungsional pekerjaan sosial, rekreasi dan pendidikan (Harleigh B. Trecker).
3.      Terapi Kelompok adalah suatu pelayanan kepada kelompok yang tujuan utamanya untuk membantu anggota-anggota kelompok memperbaiki penyesuaian sosial mereka dan tujuan keduanya untuk membantu kelompok mencapai tujuan-tujuan yang disepakati oleh masyarakat (Nasional Association of Social Work/NASW).
            Sehingga dapat disimpulkan bahwa Terapi Kelompok adalah suatu metoda pekerjaan sosial dimana kelompok digunakan sebagai media untuk membantu anggota-anggota dalam kelompok untuk memperbaiki penyesuaian sosial mereka serta dapat mencapai tujuan-tujuan yang disepakati oleh masyarakat.
            Penekanan dalam Terapi Kelompok (dalam Slamet, 2007) ialah memahami gangguan dalam relasi interpersonal dan mengurang gangguan itu dalam setting kelompok. Anggota kelompok biasanya berkisar dari 5 sampai 10 anggota. Terapi kelompok dapat berlangsung selama beberapa minggu, beberapa bulan atau beberapa tahun dan biasanya dilakukan seminggu sekali.  Keunggulan dalam Terapi Kelompok ialah bahwa anggota kelompok dianggap mewakili suatu lingkungan interpersonal dengan lebih baik daripada hanya satu orang terapis, sehingga dapat lebih menjamin perbaikan hubungan interpersonal.

II. Cara melakukan terapi kelompok
            Menurut Zastrow (dalam Suharto, 2007) tahap-tahap dalam melakukan Terapi Kelompok ada lima, yaitu diantaranya  tahap intake, tahap asessmen dan perencanaan intervensi, tahap penyeleksian anggota, tahap pengembangan kelompok serta tahap evaluasi dan terminasi.
1.      Tahap Intake
Tahap ini ditandai oleh adanya pengakuan mengenai masalah spesifik yang mungkin tepat dipecahkan melalui pendekatan kelompok. Tahap ini disebut juga sebagai tahap kontrak antara pekerja sosial (terapis) dengan klien, karena pada tahap ini dirumuskannya persetujuan dan komitmen antara mereka unutk melakukan kegiatan-kegiatan perubahan tingkah laku melalui kelompok.
2.      Tahap Asessmen dan Perencanaan Intervensi
Pemimpin kelompok bersama dengan anggota kelompok mengidentifikasi permasalahan, tujuan-tujuan kelompok serta merancang rencana tindakan pemecahana masalah. Dalam kenyataannya, tahap ini tidaklah definitive, karena hakekatnya kelompok senantiasa berjalan secara dinamis sehingga memerlukan penyesuaian tujuan-tujuan dan rencana intervensi.
3.      Tahap Penyeleksian Anggota
Penyeleksian anggota harus dilakukan terhadap orang-orang yang paling mungkin mendapatkan manfaat dari struktur kelompok dan keterlibatannya dalam kelompok. Dalam beberapa kasus penyelesaian anggota kelompok didasarkan pada pertimbangan bahwa orang tersebut akan mampu memberikan kontribusi terhadap kelompok (usia, jenis kelamin, status sosial) perlu dipertimbangkan dalam tahap ini. Minat dan ketertarikan individu terhadap kelompok juga penting diperhatikan, karena anggota yang memiliki perasaan positif terhadap kelompok akan terlibat dalam berbagai kegiatan secara teratur dan konsisten.
4.      Tahap Pengembangan Kelompok
Norma-norma, harapan-harapan, nilai-nilai dan tujuan-tujuan kelompok akan muncul pada tahap ini, dan akan mempengaruhi serta dipengaruhi oleh aktivitas-aktivitas serta relasi-relasi yang berkembang dalam kelompok. Pekerja sosial pada tahap ini harus memainkan peranan yang aktif dalam mendorong kelompok mencapai tujuan-tujuannya.
5.      Tahap Evaluasi dan Terminasi
Pada tahap evaluasi, dilakukukan pengidentifikasian atau pengukuran terhadap proses dan hasil kegiatan kelompok secara menyeluruh. Selanjutnya, setelah melakukan evaluasi dan monitoring (monitoring adalah pemantauan proses dan keberhasilan kelompok yang dilakukan pada setiap phase), dilakukanlah terminasi atau pengakhiran kelompok. Terminasi dilakukan berdasarkan pertimbangan dan alasan sebagai berikut: (a) tujuan individu maupun kelompok telah tercapai, (b) waktu yang ditetapkan telah berakhir, (c) kelompok gagal mencapai tujuan-tujuannya, (d) keberlanjutan kelompok dapat membahayakan satu atau lebih anggota kelompok.

            Terapi kelompok terdiri atas beberapa bentuk, sebagian beasar berasal dari jenis-jenis terapi individual (Tomb, 2004), diantaranya:
1.      Kelompok Eksplorasi Interpersonal – tujuannya adalah mengembangkan kesadaran diri tetang gaya hubungan interpersonal melalui umpan balik korektif dari anggota kelompok yang lain. Pasien diterima dan didukung. Oleh karena itu, dapat meningkatkan harga diri. Tipe ini yang paling umum dilakukan.
2.      Kelompok Bimbingan Inspirasi – kelompok yang sangat terstruktur, kohesif, mendukung, yang meminimalkan pentingnya tilikan dan memaksimalkan nilai diskusi di dalam kelompok dan persahabatan. Kelompoknya mungkin saja besar (misal, alcoholis anonymus). Anggota kelompok dipilih seringkali karena mereka “mempunyai problem yang sama”.
3.      Terapi Berorientasi Psikoanalitik – suatu teknik kelompo dengan struktur yang longgar, terapis melakukan interpretasi tentang konflik nirsadar pasien dan memprosesnya dari observasi interaksi antar anggota kelompok.

III.  Manfaat Terapi Kelompok
Beberapa manfaat yang didapatkan dari Terapi Kelompok yaitu diantaranya:
1.      Dapat membentuk perubahan perilaku terhadap  dari  klien. Perubahan perilaku yang diubah mengarah pada kebiasaan dari klien sehingga klien mendapatkan pemahaman kenapa perilaku yang sudah menjadi kebiasaannya dianggap tidak diharapkan kelompok.
2.      Membentuk sosialisasi
3.      Meningkatkan fungsi psikologis, yaitu meningkatkan kesadaran tentang hubungan antara reaksi emosional diri sendiri dengan perilaku defensive dan adaptasi.
4.      Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti kognitif dan afektif.
5.      Dapat meningkatkan identitas diri si klien.
6.      Klien dapat menyalurkan emosi secara konstruktif.
7.      Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
8.      Meningkatkan kemampuan ekspresi diri, keterampilan sosial, kepercayaan diri, kemampuan empati dan meningkatkan kemampuan tentang masalah-masalah kehidupan dan pemecahannya.

IV. Kasus-kasus yang diselesaikan dalam Terapi Kelompok
            Kasus-kasus yang biasa diselesaikan dalam Terapi Kelompok yaitu diantaranya kecanduan alkohol, obat-obat terlarang, rokok, kemalasan bekerja, konflik antar pegawai, dan lain sebagainya. Beberapa kasus di atas biasanya dialami oleh para pegawai yang bekerja di dunia industri. Contoh kasus lainnya seperti kecemasan, perilaku kekerasan pada penderita skizofrenia, kenakalan remaja, dll.  Terapi Kelompok sangat cocok/sesuai untuk mengatasi masalah-masalah seperti kasus di atas.

V. Rangkuman dari satu contoh kasus dalam Terapi Kelompok
            Kesulitan utama dalam usaha berhenti merokok adalah minimnya motivasi untuk berhenti. Kondisi itu bisa ditanggulangi apabila seseorang yang ingin berhenti turut ambil bagian dalam terapi yang melibatkan individu lain yang juga sedang berupaya menghentikan kebiasaan itu. Adanya contoh konkrit bisa menjadi pendorong atau pembangkit motivasi seseorang untuk berhenti merkok.
            Dalam suatu terapi kelompok di Klinik Stop Rokok, Rumah Sakit Sahid Sahirman, Sudirman, Jakarta, diagendakan materi berbagi pengalaman dan cerita individu yang tengah berusaha berhenti merokok. Disini dihadirkan seseorang sebagai contoh konkrit yang berhasil berhenti merokok kemudian menceritakan pengalamannya selama menjalani proses berhenti merokok. Pengalaman dan cerita itu selanjutnya menjadi bahasan dari para peserta (klien) dalam terapi kelompok. Beberapa pembahasan yang dibahas oleh para peserta misalnya, “Apakah langkah yang dilakukan sudah tepat atau belum? Lalu, langkah selanjutnya apa?” Biasanya, solusinya muncul sendiri dalam pemikiran individu yang bersangkutan. Tugas psikolog disini adalah hanya mengarahkan dan memediasi. Sesekali psikolog boleh memberikan solusi apabila ada semacam kompleksitas yang dialami individu. Kompleksitas yang dimaksud adalah persoalan yang belum bisa ditemukan solusinya oleh individu yang mengikuti terapi. Dalam terapi kelompok untuk kasus seperti ini sangat membutuhkan komitmen yang kuat dari klien sendiri, sebab tidak mudah bagi klien untuk mengikuti proses terapi kelompok dari awal sampai selesai dimana terjadi perubahan perilaku yang diharapkan. Berhasilnya seseorang untuk dapat berhenti merokok selain efektivitas kehadiran orang lain yang memotivasi, juga harus diikuti dengan kesadaran diri dari si individu untuk merubah kebiasaan perilaku merokok menjadi tidak merokok.

VI.  DAFTAR PUSTAKA
            Sasongko, A & Pitakasari, A.R. (2011). Cari motivasi untuk berhenti merokok? Coba temukan teman senasib. Republika. Diakses pada tanggal 9 Mei 2015, dari http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/11/07/13/lo9h8i-cari-motivasi-untuk-berhenti-merokok-coba-temukan-teman-senasib

            Slamet, I.S.S & Markam, S. (2007). Pengantar psikologi klinis. Jakarta: Penerbit  Universitas Indonesia (UI-Press).

            Suharto, E. (2007). Pekerjaan Sosial di Dunia Industri: Memperkuat Tanggungjawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility). Bandung: Refika Aditama.

            Tomb, D.A. (2004). Psikiatri (Ed.6). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.