I.
EMPAT PENDEKATAN DALAM PSIKOTERAPI
A. Pendekatan Psikoanalisa
Psikoanalisis
adalah aliran psikologi yang memberi penekanan khusus pada peran
ketidaksadaran. Pendekatan ini berfokus pada mengubah masalah perilaku,
perasaan dan pikiran dengan cara memahami akar masalah yang biasanya
tersembunyi di pikiran bawah sadar. Dua tokoh utama dalam psikoanalisis yaitu
Sigmund Feud (1856-1939) yang menciptakan Psychodynamic
(Psikodinamik) pertama kali, ia adalah seorang neurologist dari Austria, dan
Carl Gustav Jung yang dikenal dengan teori Psikologi Analitis.
Psikoanalisis
sebagai teori dari psikoterapi berasal dari uraian Freud bahwa gejala neurotic
pada seseorang timbul karena tertahannya ketegangan emosi yang ada, ketegangan
yang ada kaitannya dengan ingatan yang ditekan, ingatan mengenai hal-hal yang
traumatik dari pengalaman seksual pada masa kecil. Pada tahun 1885 dan 1905,
Freud mencoba menggunakan hypnosis
sebagai sarana terapeutik untuk regresi dan katarsis. Kemudian ia mengembangkan
metode asosiasi bebas. Di akhir karirnya, Freud menyarankan perlunya
mengkombinasikan teknik-teknik psikoanalisis dengan hypnosis untuk membuat terapi menjadi lebih singkat dan efektif.
Teknik ini dikenal dengan nama hypnoanalisis.
Freud
menjelaskan cara kerja psike manusia, terdapat 2 wilayah psike yang utama yaitu
kesadaran dan ketidaksadaran. Kesadaran diibaratkan sebagai gunung es yang
kelihatan, sementara ketidaksadaran adalah bagian terbesar gunung es yang
terbenam di bawah permukaan laut. Freud menambahkan bahwa diantara kesadaran
dan ketidaksadaran ada yang namanya prasadar, yang berisi ingatan-ingatan yang
sewaktu-waktu masih bisa diangkat ke kesadaran. Dalam ketidaksadaran berisi
insting dan pengalaman traumatis yang direpresi.
Psikoanalisis
menunjukkan kepada kita bahwa dunia ketidaksadaran adalah dunia psikis yang
sangat luas sekaligus sangat bernilai. Teori dan praktek psikodinamik sekarang
ini sudah dikembangkan dan dimodifikasi sedemikian rupa oleh para murid dan
pengikut Freud guna mendapatkan hasil yang lebih efektif.
Beberapa
teknik dasar dalam pendekatan psikoanalisa:
1) Asosiasi
bebas: teknik untuk mengungkapkan segala hal yang ingin dikemukakan yang
berhubungan dengan pengalaman traumatik masa lampau dan apa saja yang terjadi
pada dirinya dengan leluasa, tanpa dihambat atau dikritik serta tanpa perlu
berusaha membuat uraian yang logis, teratur dan penuh arti (Hall & Lindzey,
1993).
2) Interpretasi:
teknik yang digunakan untuk menganalisis asosiasi bebas, mimpi, resistensi, dan
transferensi perasaan pasien, dengan tujuan untuk menemukan materi yang tidak
disadari.
3) Analisis
mimpi: karena mimpi merupakan ekspresi simbolik dari kebutuhan-kebutuhan yang
terdesak, maka teknik ini untuk mencari isi mimpi yang laten (tersembunyi) sehingga dapat ditemukan sumber-sumber
konflik terdesak.
4) Analisis
resistensi: salah satu teknik dimana pasien enggan untuk mengungkapkan materi
ketidaksadaran yang mengancam dirinya. Namun terapis harus dapat menerobos
pertahanan diri pasien agar dapat teramati, untuk selanjutnya dianalisis dan
ditafsirkan, sehingga pasien menyadari alasan timbulnya resistensi tersebut.
5) Analisis
transferensi: dilakukan dengan mengusahakan agar pasien dapat mengembangkan
transferensinya guna mengungkapkan kecemasan-kecemasan yang dialami pada masa
kanak-kanak.
Tujuan dari pendekatan
metode psikoanalisis adalah supaya pasien bisa menyadari apa yang sebelumnya
tidak disadarinya. Gangguan psikologis mencerminkan adanya masalah di bawah
sadar yang belum terselesaikan. Untuk itu, pasien perlu menggali bawah sadarnya
untuk mendapatkan solusi. Dengan memahami masalah yang dialami, maka seseorang
bisa mengatasi segala masalahnya melalui “insight”
(pemahaman pribadi).
Beberapa metode
psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan psikodinamik adalah: Ego State Therapy, Part Therapy, Trance
Psychotherapy, Free Association, Dream Analysis, Automatic Writing,
Ventilation, Catharsis dan lain sebagainya.
B. Pendekatan Behaviorisme
Steven Jay Lynn dan
John P. Garske (dalam Sanyata, 2012) menyebutkan bahwa teori dan pendekatan behavior sering disebut sebagai
modifikasi perilaku (behavior modification) dan terapi perilaku (behavior
therapy), sedangkan menurut Carlton E. Beck (dalam Sanyata, 2012) istilah
ini dikenal dengan behavior therapy, behavior counseling, reinforcement
therapy, behavior modification, contingency management. Istilah pendekatan
behavior pertama kali digunakan oleh Lindzey pada tahun 1954 dan kemudian lebih
dikenalkan oleh Lazarus pada tahun 1958. Istilah pendekatan tingkah laku lebih
dikenal di Inggris sedangkan di Amerika Serikat lebih terkenal dengan istilah behavior
modification. Pendekatan behaviorisme
ini berfokus pada hukum pembelajaran. Bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh
proses belajar sepanjang hidup.
Menurut Franks (dalam
Gunarsa, 2007) ada hal- hal yang sangat berpengaruh terhadap munculnya behavior therapy, yaitu:
1) Hasil penelitian dan
tulisan dari I.P. Pavlov (1927, 1928) mengenai percobaan-percobaan dan hasilnya
yang telah dilakukan dengan mempergunakan hewan percobaannya (anjing), yang
sekarang dikenal dengan nama Classical Conditioning
atau Associative Learning.
2) Hasil penelitian dan
tulisan dari E.L. Thorndike mengenai proses belajar dengan hadiah yang
menghasilkan hukum efek (law of effect),
dikenal dengan nama kondisioning aktif atau operant
conditioning dan perilaku instrumental. Operant
Conditioning, yaitu konsep bahwa seseorang melakukan sesuatu karena
berharap hadiah dan menghindari hukuman.
Menurut Corey (dalam
Gunarsa, 2007) terdapat beberapa tahap dalam psikoterapi pendekatan behavioristic, diantaranya:
1)
Tahap kondisioning klasik, dimana perilaku yang baru
dihasilkan dari individu sevcara pasif.
2)
Tahap kondisioning aktif (operant), dimana perubahan-perubahan di lingkungan yang terjadi
akibat sesuatu perilaku bisa berfungsi sebagai penguat-ulang (reinforce) agar sesuatu perilaku bisa
terus diperlihatkan, sehingga kemungkinan perilaku tersebut akan diperlihatkan
terus dan semakin diperkuat.
3)
Tahap kognitif, berperan baik dalam proses pemahaman
maupun perlakuan terhadap pasien.
Inti dari pendekatan behavior therapy adalah manusia
bertindak secara otomatis karena membentuk asosiasi (hubungan sebab-akibat atau
aksi-reaksi). Tujuan dari terapi perilaku secara umum adalah untuk
menghilangkan pola-pola perilaku maladaptive
dan membantu mempelajari perilaku yang efektif/konstruktif, mengubah tingkah
laku maladaptive seseorang serta
menciptakan kondisi-kondisi yang baru yang memungkinkan terjadinya proses
belajar ulang. Pendekatan ini dapat digunakan dalam menyembuhkan berbagai
gangguan tingkah laku dari yang sederhana hingga yang kompleks, baik individual
maupun kelompok.
Berbagai metode
psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan behavior
therapy adalah Exposure and Respon
Prevention (ERP), Systematic Desensitization, Behavior Modification, Flooding,
Operant Conditioning, Observational Learning, Contingency Management, Matching
Law, Habit Reversal Training (HRT) dan lain sebagainya.
C.
Pendekatan Humanistik
Dalam pendekatan Humanistic Therapy menganggap bahwa setiap
manusia itu unik dan setiap manusia mampu menyelesaikan masalahnya sendiri.
Menurut Psikologi Humanistik (dalam Basuki, 2008), manusia adalah makhluk
kreatif yang dikendalikan oleh nilai-nilai dan pilihan-pilihannya sendiri bukan oleh kekuatan-kekuatan
ketidaksadaran. Setiap manusia dengan keunikannya bebas menentukan pilihan
hidupnya sendiri. Oleh karena itu, dalam terapi humanistik, seorang
psikoterapis berperan sebagai fasilitator perubahan saja, bukan mengarahkan
perubahan. Psikoterapis tidak mencoba untuk mempengaruhi pasien melainkan
memberi kesempatan pada pasien untuk memunculkan kesadaran dan berubah atas
dasar kesadarannya sendiri.
Terapis humanistik berfokus pada pengalaman klien yang subjektif dan
disadari. Seperti terapis perilaku, terapis humanistik juga lebih berfokus pada
apa yang dialami klien saat ini. Akan tetapi, ada juga persamaan antara terapis
psikodinamika dan humanistik, keduanya mengasumsikan bahwa masa lalu
mempengaruhi perilaku dan perasaan pada masa kini dan keduanya mencoba untuk
memperluas self-insight klien.
Bentuk utama dari terapi humanistik adalah Terapi berpusat individu
(client-centered teraphy). Rogers percaya bahwa orang-orang memilki
kecenderungan motivasional alami ke arah pertumbuhan, pemenuhan, dan kesehatan.
Dalam pandangan Rogers, gangguan psikologis berkembang sebagian besar akibat
hambatan yang ditempatkan oleh orang lain dalam perjalanan ke arah self-actualization.
Tujuan dari pendekatan
ini adalah agar pasien mengalami keberadaannya secara otentik dengan menjadi
sadar atas keberadaan dan potensi-potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka
diri dan bertindak atas kemampuannya. Metode psikoterapi yang
termasuk dalam pendekatan humanistik adalah Gestalt
Therapy, Client Cantered Psychotherapy, Depth Therapy, Sensitivity Training,
Family Therapies, Transpersonal Psychotherapy dan Existential Psychotherapy.
D.
Pendekatan Kognitif
Terapi
Kognitif (Cognitive Therapy) adalah
terapi yang mempergunakan pendekatan terstruktur, aktif, direktif dan berjangka
waktu singkat, untuk menghadapi berbagai hambatan dalam kepribadian, misalnya kecemasan
atau depresi. Terapi kognitif punya konsep bahwa perilaku manusia itu
dipengaruhi oleh pikirannya. Oleh karena itu, pendekatan Cognitive Therapy lebih fokus pada memodifikasi pola pikiran untuk
bisa mengubah perilaku. Pandangan Cognitive
Therapy adalah bahwa disfungsi pikiran menyebabkan disfungsi perasaan dan
disfungsi perilaku. Tokoh besar dalam cognitive
therapy antara lain Albert Ellis dan Aaron Beck.
Menurut Emair (dalam Selvera, 2013) Terapi kognitif untuk
mengatasi keyakinan-keyakinan negatif atau kesalahan dalam proses kognitif pada
individu yang mengalami gangguan somatisasi. Terapi kognitif adalah bentuk
terapi di mana pasien atau subjek diajarkan keterampilan
mengidentifikasi,mengevaluasi dan menanggapi dirinya sendiri sehingga
mengalahkan pikiran-pikiran yang menyimpang serta menerapkan terapi kognitif
untuk mengubah pikiran, suasana hati dan perilaku pada penderita gangguan somatisasi.
Tujuan
utama dalam pendekatan Cognitive
adalah mengubah pola pikir dengan cara meningkatkan kesadaran dan berpikir
rasional. Beberapa metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan Cognitive adalah Collaborative Empiricism, Guided Discovery, Socratic Questioning,
Neurolinguistic Programming, Rational Emotive Therapy (RET), Cognitive
Shifting. Cognitive Analytic Therapy (CAT) dan sebagainya.
II.
KASUS YG BISA DITANGANI DENGAN PENDEKATAN
A.
Psikoanalisa
Seorang perempuan
bernama Sarah yang berusia 30 tahun diketahui belum menikah dikarenakan ia
mempunyai rasa benci yang amat mendalam terhadap seorang pria. Akhirnya ia
datang ke seorang terapis. Setelah ditelusuri lebih lanjut, ternyata Sarah
mempunyai masa lalu yang kelam. Ayahnya meninggal ketika ia masih berumur 6
tahun. Pada saat remaja, ia sering kali dilecehkan oleh seorang pria yang
berusia sekitar 20an yang rumahnya tidak jauh dari tempat tinggal Sarah. Pada
saat itu, Sarah tidak berani menceritakan ke ibunya karena diancam oleh
laki-laki tersebut. Itu sebabnya Sarah menganggap bahwa semua laki-laki itu
jahat, maka ia sangat benci terhadap laki-laki.
B.
Behaviorisme
Misalnya pada kasus
fobia anjing, penderita fobia mengasosiasikan anjing sebagai sumber kecemasan
dan ketakutan karena waktu kecil dia pernah melihat orang yang berlari-lari ketakutan
terhadap anjing. Dalam hal ini, penderita telah belajar bahwa "ketika
saya melihat anjing maka respon saya adalah perilaku ketakutan sambil berlari
menjauhi anjing". Jadi setiap kali ia melhat anjing ia merasa cemas
dan takut, bahkan hanya melihat gambar anjing saja ia merasa cemas.
C.
Humanistik
Seorang mahasiswi (Ika)
semester akhir sedang merasakan
kekhawatiran karena ia akan dilamar oleh pemuda idaman orang tuanya. Keduanya
sudah pernah bertemu pada acara keluarga. Menurutnya, pemuda itu mempunyai
akhlak yang baik dan sudah bekerja sebagai pegawai negri sipil. Ika menjadi
ragu untuk menghadapi lamaran itu karena selama ini dia tidak pernah memiliki
teman pria yang special/pacar. Karena teman laki-laki Ika dulu saat masih SMA
sudah meninggal karena kecelakaan saat mereka berdua berboncengan motor dari
pulang sekolah. Sejak informasi bahwa ada pemuda yang akan melamarnya,
perasaannya menjadi asing, dia ingin memberikan kepercayaan namun sangat sulit
baginya. Ika selalu terbayang bahwa dia bisa saja kehilangan lagi orang yang
dia kasihi, namun disisi lain Ika merasakan kesepian dan membutuhkan seorang
teman yang bisa memahaminya. Ketidakkonsistenan dan pertentangan ini membuat
Ika menjadi bingung dan datang ke seorang terapis.
D.
Kognitif
Misalnya,
ada seorang pria paruh baya yang datang ke seorang terapis untuk mengatasi ketakutannya
terhadap legenda masyarakat mengenai hantu. Ia mengatakan bahwa jika ia mengaca
pada malam hari dan mengatakan “bum ba bum” maka hantu akan datang dan
membunuhnya.
III. ULASAN DARI KASUS DI ATAS BISA DITANGANI OLEH
PENDEKATAN
A.
Psikoanalisa
Menurut saya, dari
contoh kasus yang pertama dapat diatasi dengan pendekatan psikoanalisa karena
dalam pendekatan ini masalah hadir karena adanya pengalaman masa lalu yang
traumatis. Dengan pendekatan psikoanalisa terapis dapat menemukan masalah yang
ada pada diri pasien (sarah), dengan salah satu teknik yaitu asosiasi bebas,
dimana pasien dapat mengungkapkan pengalaman-pengalaman di masa lalunya yang
traumatik. Selama berlangsungnya asosiasi bebas, terapis harus menjadi
pendengar yang baik, harus aktif memperhatikan perasaan, ucapan-ucapan pasien,
mencatat gerak tubuh, nada suara dan bahasa tubuh lainnya.
B.
Behaviorisme
Dari contoh kasus yang
kedua, cocok diatasi dengan pendekatan belajar atau pendekatan behavior karena tujuan dari pendekatan
ini adalah mengubah tingkah laku yang salah suai menjadi tingkah laku baru yang
lebih sesuai. Caranya dengan terapis menunjukkan kepada pasien gambar anjing
pada jarak yang agak jauh. Kemudian jarak gambar anjing tersebut didekatkan kepada
pasien. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai pasien sudah tidak takut lagi
melihat gambar anjing. Pasien dibuat rileks. Kemudian pasien diminta untuk menyentuh
gambar tersebut. Jika pasien sudah berani menyentuh gambar anjing tersebut,
tahap selanjutnya adalah pasien di tunjukan dengan boneka anjing. Pasien dibuat
rileks kembali. Jika pasien sudah tidak takut melihat boneka anjing tersebut, pasien
ditunjukkan dengan replika anjing. Pertama ditunjukkan dengan jarak yang agak
jauh, setelah kecemasan sudah berkurang, replika anjing tersebut didekatkan
kepada pasien. Pasien dibuat rileks kembali Kemudian pasien diminta untuk
menyentuh replika anjing tersebut. Dilakukan sampai beberapa kali hingga pasien
berani menyentuh replica anjing tersebut. Berikutnya, pasien ditunjukkan dengan
anjing asli (yang hidup), dan pasien diminta untuk menyentuhnya. Hal ini terus
dilakukan berulang kali hingga pasien sudah benar-benar tidak takut lagi dengan
anjing, berani menyentuh anjing tersebut dan fobia terhadap anjing hilang.
C.
Humanistik
Contoh kasus ketiga cocok
diselesaikan dengan pendekatan humanistik, dimana terapis harus membantu pasien
untuk menemukan kembali feeling self-nya
yang asli. Dengan begitu pasien dapat mengatasi masalahnya sendiri secara mandiri.
Untuk menyelesaikan kasus yang ketiga, pertama-tama terapis harus bisa memahami
pasien untuk menyadari keberadaannya dalam dunia. Memberikan kesempatan kepada
pasien untuk mengungkapkan perasaan-perasaannya secara bebas, dimana pada
pasien merasakan kesepian dan kekhawatiran kehilangan kembali orang yang
dicintainya, maka terapis selanjutnya memberikan reaksi-reaksi pribadi dalam
kaitan dengan apa yang diungkapkan oleh pasien. Terapis meminta kepada pasien
untuk mengungkapkan ketakutannya terhadap keharusan memilih dalam dunia yang
pasti. Terapis menantang pasien untuk melihat seluruh cara dia menghindari
pembuatan keputusan dengan berasumsi akan kehilangan orang yang dikasihinya
lagi jika membuka hati nya untuk pemuda yang akan melamarnya dan terapis
memberikan penilaian terhadap penghindaran yang dilakukan pasien. Terapis mendorong
pasien untuk memeriksa jalan hidupnya selama proses terapi berlangsung.
Selanjutnya terapis memberitahukan kepada pasien bahwa ia sedang mempelajari
bahwa apa yang dialaminya adalah suatu sifat yang khas sebagai manusia bahwa
dia pada akhirnya sendiri, dan dia akan mengalami kecemasan atas ketidakpastian
keputusan yang dibuatnya. Jadi disini, pasien lah yang menentukan sendiri cara
penyelesain masalah yang sedang dihadapi pasien, tetapi terapis tetap membantu
pasien dalam menemukan feeling self
si pasien.
D.
Kognitif
Pendekatan
kognitif sesuai untuk kasus yang keempat karena dalam pendekatan ini pasien
diajarkan untuk berpikir secara rasional dan meningkatkan perilaku yang lebih
positif dan efisien. Teknik yang cocok untuk penyelesaian contoh kasus yang
keempat adalah dengan menerapkan RET,
yaitu dengan menanyakan tentang keyakinan pasien yang tidak rasional, kemudian mengkonfrontasikan
ketakutannya pada hantu yang datang dan membunuhnya dengan menjelaskan bahwa legenda itu adalah
sesuatu yang dibuat oleh orang awam untuk menakut-nakuti orang lain.
Sumber
:
Basuki, A.M.H. (2008). Psikologi Umum. Jakarta: Universitas
Gunadarma.
Gunarsa, S.D. (2007). KONSELING
DAN PSIKOTERAPI. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
Hall, C.S. &
Lindzey, G. (1993). TEORI-TEORI
PSIKODINAMIK (KLINIS). Yogyakarta: Kanisius.
Kahija, Y.F. L. (2007).
HIPNOTERAPI. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Sanyata, S. (2012).
Teori dan Aplikasi Pendekatan Behavioristik dalam Konseling. Jurnal Paradigma, 14.
Selvera, N.R. (2013).
Teknik Restrukturisasi Kognitif untuk Menurunkan Keyakinan Irasional pada
Remaja dengan Gangguan Somatisasi. Jurnal
Sains dan Praktik Psikologi, I (I), 63-67.
Fotocopy Handout Psikologi Konseling, Ibu Nurul
Qomariyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar