1.
Konsep Tentang Diri Sendiri
Nama
saya Stephani Puspitasari. Saya adalah anak pertama dari
dua bersaudara. Saat ini saya sedang mengenyam pendidikan di salah satu perguruan tinggi swasta di Indonesia, jurusan psikologi. Bicara soal personality, saya itu termasuk tipe kepribadian melankolis.
Saya mulai menyadarinya ketika saya belajar mata kuliah Kepribadian 1 waktu saya kuliah di semester 3. Ciri-ciri kepribadian melankolis ada di dalam diri saya seperti, saya
adalah orang yang cenderung serius dan tekun. Ketika sedang belajar saya lebih
suka belajar dengan serius dalam artian belajar dengan sungguh-sungguh. Saya
juga termasuk orang yang analitis, mampu memperkirakan bahaya atau halangan
dalam setiap pekerjaan. Saya juga merasa saya cukup berbakat dan kreatif di
bidang seni. Saya suka menggambar, menari, dan menyanyi. Saya juga termasuk orang yang sangat sensitive
dan moody. Terkadang, saya senang berpenampilan lebih feminim, tetapi di lain
waktu saya bisa saja berpenampilan tomboy.
Selain
itu, saya adalah tipe orang yang pesimistik, tidak percaya diri akan
kemampuan-kemampuan yang saya miliki. Saya juga termasuk tipe orang yang
pemikir, maksudnya selalu memikirkan sesuatu mulai dari hal-hal kecil sampai ke
hal-hal yang kompleks. Oleh karena itu, apabila saya dihadapkan oleh suatu pilihan dan harus membuat suatu keputusan, saya butuh waktu berhari-hari
untuk mendapatkan suatu hasil putusan yang terbaik. Saya adalah tipe orang yang
tingkat kesabarannya rendah dan juga mudah bosan. Maka dari itu, saya paling tidak
suka jika harus menunggu lama-lama, apalagi menunggu sesuatu yang tidak pasti. Saya menyukai hal-hal baru dan saya senang bila diajak berpergian ke suatu tempat
yang berbau dengan alam. Karena bagi saya, alam itu selain memberikan keindahan, alam juga memberikan ketenangan, kedamaian, yang dapat meneduhkan hati.
Dalam
hal pekerjaan, saya itu termasuk orang yang perfeksionis, artinya punya standar
tinggi, cermat, teratur dan rapih. Saya itu melihat segala sesuatunya dengan
mendetail dan terperinci. Demikian pula untuk tugas kuliah, saya selalu
memeriksa kembali tugas saya apakah sudah terlihat sempurna atau belum. Saya
juga termasuk orang yang bertanggungjawab dalam pekerjaan. Contohnya saya
selalu mengerjakan tugas yang diberikan dosen dengan tepat waktu.
Dalam
hal pergaulan, saya akan menjadi seorang yang pendiam ketika bertemu dengan
orang-orang baru. Tetapi jika orang lain sudah mengenal saya lebih dalam, saya ini termasuk
orang yang bisa dikatakan bawel. Saya juga termasuk orang yang bisa dibilang
tertutup, khususnya dalam hal urusan pribadi seperti masalah keluarga. Menurut
saya, urusan pribadi cukup saya dan keluarga saya saja yang tahu, dan apabila
saya ingin curhat mengenai masalah pribadi, saya hanya akan curhat kepada satu
atau dua orang teman yang saya percayai. Walaupun saya tertutup dalam hal
masalah pribadi, tetapi saya suka bersenda gurau dengan teman-teman saya, saya suka membuat
orang lain tertawa. Saya juga tipe orang yang mau mendengarkan dan senang
membantu memecahkan masalah ketika teman saya curhat kepada saya.
Dapat
disimpulkan kelemahan dan kelebihan saya adalah sebagai berikut.
ü Kelemahan:
· Sensitif
· Pesimis
· Moody
· Lama
dalam membuat keputusan
· Kurang
sabar
· Cepat
bosan
· Tertutup
ü Kelebihan:
· Serius
dan tekun
· Analitis
· Kreatif
· Cermat,
teratur dan rapih
· Bertanggung
jawab
· Humoris
· Pendengar
yang baik
· Mau
membantu teman
2. Contoh
kasus ketidaksehatan mental dari berbagai berita nasional. Lalu beri pendapat!
Gangguan
kejiwaan, Supardi tega mengambil hati Ibu kandungnya
Reporter : Agib
Tanjung | Rabu, 15 Mei 2013 05:38
Merdeka.com - Supardi (26), tersangka
kasus pembunuhan sadis terhadap ibu kandungnya sendiri, kini telah diamankan
oleh Reskrim Polrestabes Surabaya. Supardi terbukti melakukan pembunuhan
terhadap Akhiyah (60) dengan cara menggorok lehernya hingga putus.
Tak hanya itu, secara sadis Supardi mengambil hati korban dengan cara menusuk dada hingga robek. Supardi juga tidak segan memakan hati korban milik ibu kandungnya itu.
Terkait masalah ini, Sosiolog Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Musni Umar menilai perbuatan yang dilakukan oleh Supardi jelas-jelas merupakan tindakan gangguan kejiwaan.
"Menurut saya, pertama saya melihat Supardi pastilah sakit jiwa, sehingga tidak hanya membunuh dengan cara yang biasa, tapi sadis, jarang ditemukan. Kedua, dia melakukan seperti itu bisa karena stres, tekanan dan depresi luar biasa jadi tidak bisa mengontrol diri, di luar kendali," kata Musni saat dihubungi merdeka.com, Selasa (14/5).
Musni menjelaskan, bahwa tidak seharusnya manusia normal tega melakukan hal semacam itu. Tindakan sadis yang dilakukan oleh Supardi menurutnya adalah tindakan yang sangat kejam di luar batas manusia seharusnya.
"Kalau kita lihat dari segi manusia, manusia harusnya punya jiwa. Tapi ini adalah tindakan yang sangat sadis, kejam. Karena kalau kita lihat contoh pada binatang, harimau saja tidak mau makan anaknya sendiri, padahal harimau adalah binatang buas, seperti itu," ujar Musni.
Musni beranggapan, ada motif ekonomi di balik pembunuhan sadis yang dilakukan oleh Supardi terhadap ibunya. Ditambah dengan gangguan kejiwaan yang diderita oleh Supardi yang pada akhirnya nekat melakukan pembunuhan sadis tersebut.
"Terus terang saja kalau kejiwaan sudah terganggu, seseorang itu akan berbuat hal-hal yang aneh di luar kehidupan normal. Contohnya seperti itu tadi, melampiaskan perasaan dengan melakukan tindakan yang kejam," papar Husni.
Musni juga mengakui sudah banyak menerima kasus-kasus semacam Supardi. Dia berharap sudah saatnya pemerintah setempat bisa turun tangan untuk mencari jalan keluar permasalahan sosial yang sering terjadi di dalam masyarakat, khususnya pembunuhan.
"Sudah banyak sekali kasus yang saya terima. Ini seharusnya jadi tantangan pemerintah, bagaimana penyelesaiannya. Ini adalah salah satu isyarat ada masalah besar yang sering dihadapi oleh masyarakat, jangan dilihat dari per-kasus saja. Semua lapisan pemerintah harus merespon harus mencari akar masalah dalam masyarakat," imbuh Musni.
Diberitakan sebelumnya, Selasa pagi (14/5) sekitar pukul 10.00 WIB, warga Karangploso, Bangkingan Wetan, Surabaya, Jawa Timur digegerkan oleh teriakan histeris Muntholib, suami dari Akhiyah yang dibunuh oleh Supardi, "Bojoku matek nggak onok ndase (istriku meninggal tak ada kepalanya)," kata Sutadi menirukan teriakan Munthalib.
Kepolisian langsung mengevakuasi jenazah korban ke kamar jenazah RSUD dr Soetomo untuk dilakukan autopsi. Selain itu polisi juga mengamankan barang bukti berupa kapak berpalu, pisau penghabisan sepanjang 40 cm tanpa pegangan dan palu.
Dari hasil penyelidikan polisi, istri Muntholib, Akhiyah (60) tersebut, dibunuh anak kandungnya sendiri, Supardi. Supardi diduga tega membunuh ibu kandungnya karena sakit hati, sang ibu yang lebih perhatian kepada anak-anaknya yang lain.
Tak hanya itu, secara sadis Supardi mengambil hati korban dengan cara menusuk dada hingga robek. Supardi juga tidak segan memakan hati korban milik ibu kandungnya itu.
Terkait masalah ini, Sosiolog Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Musni Umar menilai perbuatan yang dilakukan oleh Supardi jelas-jelas merupakan tindakan gangguan kejiwaan.
"Menurut saya, pertama saya melihat Supardi pastilah sakit jiwa, sehingga tidak hanya membunuh dengan cara yang biasa, tapi sadis, jarang ditemukan. Kedua, dia melakukan seperti itu bisa karena stres, tekanan dan depresi luar biasa jadi tidak bisa mengontrol diri, di luar kendali," kata Musni saat dihubungi merdeka.com, Selasa (14/5).
Musni menjelaskan, bahwa tidak seharusnya manusia normal tega melakukan hal semacam itu. Tindakan sadis yang dilakukan oleh Supardi menurutnya adalah tindakan yang sangat kejam di luar batas manusia seharusnya.
"Kalau kita lihat dari segi manusia, manusia harusnya punya jiwa. Tapi ini adalah tindakan yang sangat sadis, kejam. Karena kalau kita lihat contoh pada binatang, harimau saja tidak mau makan anaknya sendiri, padahal harimau adalah binatang buas, seperti itu," ujar Musni.
Musni beranggapan, ada motif ekonomi di balik pembunuhan sadis yang dilakukan oleh Supardi terhadap ibunya. Ditambah dengan gangguan kejiwaan yang diderita oleh Supardi yang pada akhirnya nekat melakukan pembunuhan sadis tersebut.
"Terus terang saja kalau kejiwaan sudah terganggu, seseorang itu akan berbuat hal-hal yang aneh di luar kehidupan normal. Contohnya seperti itu tadi, melampiaskan perasaan dengan melakukan tindakan yang kejam," papar Husni.
Musni juga mengakui sudah banyak menerima kasus-kasus semacam Supardi. Dia berharap sudah saatnya pemerintah setempat bisa turun tangan untuk mencari jalan keluar permasalahan sosial yang sering terjadi di dalam masyarakat, khususnya pembunuhan.
"Sudah banyak sekali kasus yang saya terima. Ini seharusnya jadi tantangan pemerintah, bagaimana penyelesaiannya. Ini adalah salah satu isyarat ada masalah besar yang sering dihadapi oleh masyarakat, jangan dilihat dari per-kasus saja. Semua lapisan pemerintah harus merespon harus mencari akar masalah dalam masyarakat," imbuh Musni.
Diberitakan sebelumnya, Selasa pagi (14/5) sekitar pukul 10.00 WIB, warga Karangploso, Bangkingan Wetan, Surabaya, Jawa Timur digegerkan oleh teriakan histeris Muntholib, suami dari Akhiyah yang dibunuh oleh Supardi, "Bojoku matek nggak onok ndase (istriku meninggal tak ada kepalanya)," kata Sutadi menirukan teriakan Munthalib.
Kepolisian langsung mengevakuasi jenazah korban ke kamar jenazah RSUD dr Soetomo untuk dilakukan autopsi. Selain itu polisi juga mengamankan barang bukti berupa kapak berpalu, pisau penghabisan sepanjang 40 cm tanpa pegangan dan palu.
Dari hasil penyelidikan polisi, istri Muntholib, Akhiyah (60) tersebut, dibunuh anak kandungnya sendiri, Supardi. Supardi diduga tega membunuh ibu kandungnya karena sakit hati, sang ibu yang lebih perhatian kepada anak-anaknya yang lain.
Dikutip dari:
Pendapat:
Dari
kasus diatas, terlihat jelas bahwa si pelaku menderita gangguan kejiwaan. Si pelaku menderita gangguan jiwa, disebabkan
karena adanya tekanan batin dalam diri si pelaku dimana si pelaku iri terhadap
saudara-saudaranya yang mendapatkan perhatian atau kasih sayang lebih dari ibu
kandungnya sehingga membuat si pelaku menjadi sakit hati terhadap sang ibu.
Karena sudah tak mampu memendam rasa sakit hati terhadap ibu kandungnya, dan
rasa sakit hati si pelaku itu sudah mencapai pada klimaksnya, hingga pada akhirnya
menyebabkan si pelaku untuk membunuh ibu kandungnya sendiri. Si pelaku dapat
juga dikatakan psikopat, karena pada
waktu membunuh ia tak hanya sekedar membunuh saja melainkan ia juga menusuk dan
merobek dada sang ibu kemudian mengambil dan memakan hati ibunya. Apabila si
pelaku ini normal, sekesal-kesal nya orang pasti tidak akan sampai membunuh
orang lain, apalagi sampai membunuh ibu kandungnya sendiri. Gangguan jiwa
tersebutlah yang menjadi faktor utama yang menyebabkan si pelaku bertindak
demikian.
Kasus-kasus
seperti ini sudah banyak terjadi di Indonesia. Hanya saja pemerintah kurang
menggalakan program kesehatan mengenai kesehatan psikis/kesehatan jiwa untuk
masyarakat kelas menengah kebawah. Sejauh ini, pemerintah hanya menggalakan
program kesehatan yang berkaitan dengan masalah fisik/biologis saja (dalam hal ini penyakit yang
terlihat jelas oleh kasat mata). Padahal kesehatan psikis manusia itu penting
dan perlu diperhatikan guna untuk memperpanjang kelangsungan hidup
seseorang. Apabila psikis/jiwa kita sehat maka kualitas hidup kita tentunya
juga akan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar