Rabu, 26 Maret 2014

Tulisan 1: KesMen



1. Konsep Tentang Diri Sendiri
          Nama saya Stephani Puspitasari. Saya adalah anak pertama dari dua bersaudara. Saat ini saya sedang mengenyam pendidikan di salah satu perguruan tinggi swasta di Indonesia, jurusan psikologi.  Bicara soal personality, saya itu termasuk tipe kepribadian melankolis. Saya mulai menyadarinya ketika saya belajar mata kuliah Kepribadian 1 waktu saya kuliah di semester 3. Ciri-ciri kepribadian melankolis ada di dalam diri saya seperti, saya adalah orang yang cenderung serius dan tekun. Ketika sedang belajar saya lebih suka belajar dengan serius dalam artian belajar dengan sungguh-sungguh. Saya juga termasuk orang yang analitis, mampu memperkirakan bahaya atau halangan dalam setiap pekerjaan. Saya juga merasa saya cukup berbakat dan kreatif di bidang seni. Saya suka menggambar, menari, dan menyanyi. Saya juga termasuk orang yang sangat sensitive dan moody. Terkadang, saya senang berpenampilan lebih feminim, tetapi di lain waktu saya bisa saja berpenampilan tomboy.
    Selain itu, saya adalah tipe orang yang pesimistik, tidak percaya diri akan kemampuan-kemampuan yang saya miliki. Saya juga termasuk tipe orang yang pemikir, maksudnya selalu memikirkan sesuatu mulai dari hal-hal kecil sampai ke hal-hal yang kompleks. Oleh karena itu, apabila saya dihadapkan oleh suatu pilihan dan harus membuat suatu keputusan, saya butuh waktu berhari-hari untuk mendapatkan suatu hasil putusan yang terbaik. Saya adalah tipe orang yang tingkat kesabarannya rendah dan juga mudah bosan. Maka dari itu, saya paling tidak suka jika harus menunggu lama-lama, apalagi menunggu sesuatu yang tidak pasti. Saya menyukai hal-hal baru dan saya senang bila diajak berpergian ke suatu tempat yang berbau dengan alam. Karena bagi saya, alam itu selain memberikan keindahan, alam juga memberikan ketenangan, kedamaian, yang dapat meneduhkan hati.
      Dalam hal pekerjaan, saya itu termasuk orang yang perfeksionis, artinya punya standar tinggi, cermat, teratur dan rapih. Saya itu melihat segala sesuatunya dengan mendetail dan terperinci. Demikian pula untuk tugas kuliah, saya selalu memeriksa kembali tugas saya apakah sudah terlihat sempurna atau belum. Saya juga termasuk orang yang bertanggungjawab dalam pekerjaan. Contohnya saya selalu mengerjakan tugas yang diberikan dosen dengan tepat waktu.
     Dalam hal pergaulan, saya akan menjadi seorang yang pendiam ketika bertemu dengan orang-orang baru. Tetapi jika orang lain sudah mengenal saya lebih dalam, saya ini termasuk orang yang bisa dikatakan bawel. Saya juga termasuk orang yang bisa dibilang tertutup, khususnya dalam hal urusan pribadi seperti masalah keluarga. Menurut saya, urusan pribadi cukup saya dan keluarga saya saja yang tahu, dan apabila saya ingin curhat mengenai masalah pribadi, saya hanya akan curhat kepada satu atau dua orang teman yang saya percayai. Walaupun saya tertutup dalam hal masalah pribadi, tetapi saya suka bersenda gurau dengan teman-teman saya, saya suka membuat orang lain tertawa. Saya juga tipe orang yang mau mendengarkan dan senang membantu memecahkan masalah ketika teman saya curhat kepada saya. 
Dapat disimpulkan kelemahan dan kelebihan saya adalah sebagai berikut.
ü  Kelemahan:
·       Sensitif
·       Pesimis
·       Moody
·       Lama dalam membuat keputusan
·       Kurang sabar
·       Cepat bosan
·       Tertutup

ü  Kelebihan:
·       Serius dan tekun
·       Analitis
·       Kreatif
·       Cermat, teratur dan rapih
·       Bertanggung jawab
·       Humoris
·       Pendengar yang baik
·       Mau membantu teman

2. Contoh kasus ketidaksehatan mental dari berbagai berita nasional. Lalu beri pendapat!
Gangguan kejiwaan, Supardi tega mengambil hati Ibu kandungnya
Reporter : Agib Tanjung | Rabu, 15 Mei 2013 05:38

Merdeka.com - Supardi (26), tersangka kasus pembunuhan sadis terhadap ibu kandungnya sendiri, kini telah diamankan oleh Reskrim Polrestabes Surabaya. Supardi terbukti melakukan pembunuhan terhadap Akhiyah (60) dengan cara menggorok lehernya hingga putus.

Tak hanya itu, secara sadis Supardi mengambil hati korban dengan cara menusuk dada hingga robek. Supardi juga tidak segan memakan hati korban milik ibu kandungnya itu.

Terkait masalah ini, Sosiolog Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Musni Umar menilai perbuatan yang dilakukan oleh Supardi jelas-jelas merupakan tindakan gangguan kejiwaan.

"Menurut saya, pertama saya melihat Supardi pastilah sakit jiwa, sehingga tidak hanya membunuh dengan cara yang biasa, tapi sadis, jarang ditemukan. Kedua, dia melakukan seperti itu bisa karena stres, tekanan dan depresi luar biasa jadi tidak bisa mengontrol diri, di luar kendali," kata Musni saat dihubungi merdeka.com, Selasa (14/5).

Musni menjelaskan, bahwa tidak seharusnya manusia normal tega melakukan hal semacam itu. Tindakan sadis yang dilakukan oleh Supardi menurutnya adalah tindakan yang sangat kejam di luar batas manusia seharusnya.

"Kalau kita lihat dari segi manusia, manusia harusnya punya jiwa. Tapi ini adalah tindakan yang sangat sadis, kejam. Karena kalau kita lihat contoh pada binatang, harimau saja tidak mau makan anaknya sendiri, padahal harimau adalah binatang buas, seperti itu," ujar Musni.

Musni beranggapan, ada motif ekonomi di balik pembunuhan sadis yang dilakukan oleh Supardi terhadap ibunya. Ditambah dengan gangguan kejiwaan yang diderita oleh Supardi yang pada akhirnya nekat melakukan pembunuhan sadis tersebut.

"Terus terang saja kalau kejiwaan sudah terganggu, seseorang itu akan berbuat hal-hal yang aneh di luar kehidupan normal. Contohnya seperti itu tadi, melampiaskan perasaan dengan melakukan tindakan yang kejam," papar Husni.

Musni juga mengakui sudah banyak menerima kasus-kasus semacam Supardi. Dia berharap sudah saatnya pemerintah setempat bisa turun tangan untuk mencari jalan keluar permasalahan sosial yang sering terjadi di dalam masyarakat, khususnya pembunuhan.

"Sudah banyak sekali kasus yang saya terima. Ini seharusnya jadi tantangan pemerintah, bagaimana penyelesaiannya. Ini adalah salah satu isyarat ada masalah besar yang sering dihadapi oleh masyarakat, jangan dilihat dari per-kasus saja. Semua lapisan pemerintah harus merespon harus mencari akar masalah dalam masyarakat," imbuh Musni.

Diberitakan sebelumnya, Selasa pagi (14/5) sekitar pukul 10.00 WIB, warga Karangploso, Bangkingan Wetan, Surabaya, Jawa Timur digegerkan oleh teriakan histeris Muntholib, suami dari Akhiyah yang dibunuh oleh Supardi, "Bojoku matek nggak onok ndase (istriku meninggal tak ada kepalanya)," kata Sutadi menirukan teriakan Munthalib.

Kepolisian langsung mengevakuasi jenazah korban ke kamar jenazah RSUD dr Soetomo untuk dilakukan autopsi. Selain itu polisi juga mengamankan barang bukti berupa kapak berpalu, pisau penghabisan sepanjang 40 cm tanpa pegangan dan palu.

Dari hasil penyelidikan polisi, istri Muntholib, Akhiyah (60) tersebut, dibunuh anak kandungnya sendiri, Supardi. Supardi diduga tega membunuh ibu kandungnya karena sakit hati, sang ibu yang lebih perhatian kepada anak-anaknya yang lain.

Dikutip dari:

Pendapat:
          Dari kasus diatas, terlihat jelas bahwa si pelaku menderita gangguan kejiwaan.  Si pelaku menderita gangguan jiwa, disebabkan karena adanya tekanan batin dalam diri si pelaku dimana si pelaku iri terhadap saudara-saudaranya yang mendapatkan perhatian atau kasih sayang lebih dari ibu kandungnya sehingga membuat si pelaku menjadi sakit hati terhadap sang ibu. Karena sudah tak mampu memendam rasa sakit hati terhadap ibu kandungnya, dan rasa sakit hati si pelaku itu sudah mencapai pada klimaksnya, hingga pada akhirnya menyebabkan si pelaku untuk membunuh ibu kandungnya sendiri. Si pelaku dapat juga  dikatakan psikopat, karena pada waktu membunuh ia tak hanya sekedar membunuh saja melainkan ia juga menusuk dan merobek dada sang ibu kemudian mengambil dan memakan hati ibunya. Apabila si pelaku ini normal, sekesal-kesal nya orang pasti tidak akan sampai membunuh orang lain, apalagi sampai membunuh ibu kandungnya sendiri. Gangguan jiwa tersebutlah yang menjadi faktor utama yang menyebabkan si pelaku bertindak demikian.
          Kasus-kasus seperti ini sudah banyak terjadi di Indonesia. Hanya saja pemerintah kurang menggalakan program kesehatan mengenai kesehatan psikis/kesehatan jiwa untuk masyarakat kelas menengah kebawah. Sejauh ini, pemerintah hanya menggalakan program kesehatan yang berkaitan dengan masalah fisik/biologis saja (dalam hal ini penyakit yang terlihat jelas oleh kasat mata). Padahal kesehatan psikis manusia itu penting dan perlu diperhatikan guna untuk memperpanjang kelangsungan hidup seseorang. Apabila psikis/jiwa kita sehat maka kualitas hidup kita tentunya juga akan baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar