Sabtu, 12 April 2014

Tulisan 2: Kesmen



1. Pengalaman tentang stres yang berkesan.
Waktu kuliah di semester 3, saya mendapatkan kabar melalui sms bahwa saya terpilih untuk mengikuti program Sarmag (Sarjana Magister).  Saya pun mengikuti test program sarmag tersebut di Depok. Beberapa hari setelah mengikuti tes tersebut, ternyata saya lolos. Tentu perasaan saya senang karna bisa lolos tes tersebut, tetapi ada perasaan-perasaan lain yang mebuat saya berfikir untuk mengambil program sarmag tersebut atau tidak. Apabila saya menerima program tersebut saya harus menerima segala konsekuensi yang ada. Setelah mendapat kabar bahwa saya lolos tes program sarmag itu, saya langsung menceritakan kepada kedua orang tua saya. Mereka pun setuju apabila saya mengambil program sarmag itu. Di satu sisi saya memang ingin mengambil program tersebut karena saya ingin membuat orang tua saya bangga. Alasan lainnya karena dalam kuliah 4 tahun sudah mendapatkan 2 gelar yaitu sarjana dan magister. Itulah yang membuat saya tertarik mau mengikuti tes program sarmag tersebut. Tetapi di lain sisi, saya merasa tidak yakin dan tidak percaya diri terhadap diri saya, apakah saya bisa menjalaninya apabila saya sudah menjadi mahasiswa sarmag? Panitia program sarmag memberi waktu sekitar 2-3 hari kepada kami (calon mahasiswa sarmag) untuk memutuskan mengambil program tersebut atau tidak. Selama 2-3 hari itu cukup membuat saya stress dan pusing karna saya terus memikirkan hal itu. Pada malam harinya saya tidak bisa tidur, karna terus memikirkan program sarmag tersebut yang tentunya tidak akan datang untuk yang kedua kalinya.
Akhirnya saya berkonsultasi kepada orang tua dan teman-teman terdekat saya. Tidak lupa juga saya untuk berdoa kepada Tuhan, agar saya bisa mengambil keputusan yang terbaik untuk diri saya kedepannya. Orang tua saya membebaskan saya untuk mengambil program itu atau tidak, apabila saya tidak mengambil program tersebut, saya pun tidak dimarahi. Teman-teman saya juga memberikan saran untuk saya mengenai hal ini. Hingga pada akhirnya, saya memutuskan untuk tidak mengambil program sarmag itu dengan segala konsekuensinya. Saya tidak menyesal atas keputusan saya itu, karena ternyata minat saya memang bukan di psikologi industri dan organisasi (jurusan psikologi sarmag jika mengambil program tersebut), melainkan di psikologi klinis atau di psikologi sosial.

2. Contoh kasus tentang stress.

Ibu Bunuh Anak Kandung karena Stres Terkena Kanker Payudara

Minggu, 9 Maret 2014 02:32 WIB




Laporan Wartawan Banjarmasin Post Burhani Yunus
TRIBUNNEWS.COM, BANJARMASIN - Kwee Fung Kin (45), nekat menghabisi nyawa anak kandungnya sendiri Vincen Setiawan (8), Sabtu (8/3/2014) pukul 16.00 Wita.

Fung Kin merupakan warga Sultan Adam Kompleks, Jalan Sultan Adam Mandiri 4 Blok 3 A No 102, Banjarmasin Utara, Kalimantan Selatan.

Korban yang merupakan pelajar kelas dua SD Negeri Hipondo Banjarmasin itu, tewas dengan mengalami belasan mata luka di leher dan perutnya, akibat pisau dapur milik sang ibu.

Setelah menghabisi nyawa putra bungsunya, Fung Kin ingin mengakhiri hidupnya sendiri.
Perempuan tersebut, menikamkan pisau dapur dan juga menenggak bensin serta minyak tanah.

Kapolsek Banjarmasin Utara Ajun Komisaris Fahmi Ansori mengatakan, Fung Kin diduga stres sehingga nekat membunuh anak kandung dan mencoba bunuh diri.

"Diduga, dia stres lantaran penyakit kanker payudaranya tidak kunjung sembuh. Kekinian, kondisi tersangka masih kritis. Dia menikamkan pisau ke perutnya sebanyak sembilan kali, dan satu ketangan kirinya. Itu dia lakukan setelah membunuh anak kandung," tutur Fahmi, Sabtu malam.

Sementara Vincent, sudah dibawa ayah dan kakeknya untuk disemayamkan di Rumah Duka Mulia Sejahtera.

"Saya belum tahu di lokasi mana nanti Vincent dikebumikan," kata ayahnya, Chandra, di rumah duka.

Pendapat:
Menurut saya, pelaku telah mengalami stress tingkat berat. Dalam kasus di atas dikatakan bahwa pelaku sudah lama menderita penyakit kanker payudara dan tidak kunjung sembuh. Dalam hal ini berarti tekanan utama yang membuat pelaku tega membunuh anak kandunganya ialah penyakitnya sendiri. Ada beberapa kemungkinan yang membuat pelaku sudah tidak kuat lagi menghadapi penyakit yang dideritanya hingga pada akhirnya sang pelaku tega membunuh anak kandungnya sendiri.

Pertama, mungkin sang ibu kurang mendapatkan perhatian khusus dari keluarganya untuk menghadapi penyakitnya itu. Atau mungkin saja, di awal-awal ketika sang ibu menderita penyakit kanker payudara, keluarga memberikan perhatian khusus padanya. Namun seiring dengan berjalannya waktu, sang ibu telah melakukan berbagai macam pengobatan untuk menyembuhkan penyakit nya itu namun tidak kunjung sembuh. Sehingga mungkin saja keluarga dari sang pelaku sudah merasa lelah atau capek serta lebih berpasrah dan berfikir kalau penyakit yang diderita sang pelaku (Kwee Fung Kin) memang sulit disembuhkan dan persentase kemungkinan untuk sembuh pun sangat kecil sekali. Kurangnya dukungan sosial dari orang-orang terdekat memang sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental seseorang.

Kedua, mungkin saja iman dari sang pelaku tidak  tumbuh dengan baik. Atau mungkin saja, ibu tersebut selalu berdoa kepada Tuhan YME, mohon kesembuhan atas penyakit yang dideritanya, namun doa nya tetap tidak dikabulkan, sehingga sang ibu merasa frustasi dan merasa kesal kepada Tuhan mengapa Tuhan tidak mengabulkan doa nya.

Ketiga, mungkin karena faktor-faktor yang telah disebutkan diatas mengakibatkan sang pelaku menjadi depresi berat. Orang yang menderita depresi berat tentunya tidak dapat berpikir dengan jernih, sehingga pelaku berpikir jika ia membunuh anaknya maka ia akan tetap bertemu dengan anaknya itu,  karena dalam berita di katakan “Setelah menghabisi nyawa putra bungsunya, Fung Kin ingin mengakhiri hidupnya sendiri”. Namun nyawa sang pelaku dapat tertolongkan.

Jadi apabila disekitar kita ada orang yang menderita penyakit yang serius dan sulit untuk disembuhkan, alangkah baiknya apabila kita memberi dukungan sosial berupa memberi perhatian dan kasih sayang kepada mereka, dengan tujuan agar mereka tidak merasa kesepian, karna masih ada orang-orang yang peduli dengan mereka, sehingga mereka pun tetap semangat menjalani hidup walau harus melawan penyakit yang dideritanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar