1. Pengalaman tentang stres yang berkesan.
Waktu
kuliah di semester 3, saya mendapatkan kabar melalui sms bahwa saya terpilih
untuk mengikuti program Sarmag (Sarjana Magister). Saya pun mengikuti test program sarmag
tersebut di Depok. Beberapa hari setelah mengikuti tes tersebut, ternyata saya
lolos. Tentu perasaan saya senang karna bisa lolos tes tersebut, tetapi ada
perasaan-perasaan lain yang mebuat saya berfikir untuk mengambil program sarmag
tersebut atau tidak. Apabila saya menerima program tersebut saya harus menerima
segala konsekuensi yang ada. Setelah mendapat kabar bahwa saya lolos tes
program sarmag itu, saya langsung menceritakan kepada kedua orang tua saya.
Mereka pun setuju apabila saya mengambil program sarmag itu. Di satu sisi saya memang
ingin mengambil program tersebut karena saya ingin membuat orang tua saya
bangga. Alasan lainnya karena dalam kuliah 4 tahun sudah mendapatkan 2 gelar
yaitu sarjana dan magister. Itulah yang membuat saya tertarik mau mengikuti tes
program sarmag tersebut. Tetapi di lain sisi, saya merasa tidak yakin dan tidak
percaya diri terhadap diri saya, apakah saya bisa menjalaninya apabila saya
sudah menjadi mahasiswa sarmag? Panitia program sarmag memberi waktu sekitar
2-3 hari kepada kami (calon mahasiswa sarmag) untuk memutuskan mengambil
program tersebut atau tidak. Selama 2-3 hari itu cukup membuat saya stress dan
pusing karna saya terus memikirkan hal itu. Pada malam harinya saya tidak bisa
tidur, karna terus memikirkan program sarmag tersebut yang tentunya tidak akan
datang untuk yang kedua kalinya.
Akhirnya
saya berkonsultasi kepada orang tua dan teman-teman terdekat saya. Tidak lupa
juga saya untuk berdoa kepada Tuhan, agar saya bisa mengambil keputusan yang
terbaik untuk diri saya kedepannya. Orang tua saya membebaskan saya untuk
mengambil program itu atau tidak, apabila saya tidak mengambil program
tersebut, saya pun tidak dimarahi. Teman-teman saya juga memberikan saran untuk
saya mengenai hal ini. Hingga pada akhirnya, saya memutuskan untuk tidak
mengambil program sarmag itu dengan segala konsekuensinya. Saya tidak menyesal
atas keputusan saya itu, karena ternyata minat saya memang bukan di psikologi
industri dan organisasi (jurusan psikologi sarmag jika mengambil program tersebut), melainkan di psikologi klinis atau di psikologi sosial.
2. Contoh kasus tentang stress.
Ibu Bunuh Anak
Kandung karena Stres Terkena Kanker Payudara
Minggu, 9 Maret 2014 02:32 WIB
TRIBUNNEWS.COM, BANJARMASIN -
Kwee Fung Kin (45), nekat menghabisi nyawa anak kandungnya sendiri Vincen
Setiawan (8), Sabtu (8/3/2014) pukul 16.00 Wita.
Fung Kin merupakan warga Sultan Adam Kompleks,
Jalan Sultan Adam Mandiri 4 Blok 3 A No 102, Banjarmasin Utara,
Kalimantan Selatan.
Korban yang merupakan pelajar kelas dua SD Negeri
Hipondo Banjarmasin itu,
tewas dengan mengalami belasan mata luka di leher dan perutnya, akibat pisau
dapur milik sang ibu.
Setelah menghabisi nyawa putra bungsunya, Fung
Kin ingin mengakhiri hidupnya sendiri.
Perempuan tersebut, menikamkan pisau dapur dan
juga menenggak bensin serta minyak tanah.
Kapolsek Banjarmasin Utara Ajun
Komisaris Fahmi Ansori mengatakan, Fung Kin diduga stres sehingga nekat
membunuh anak kandung dan mencoba bunuh diri.
"Diduga, dia stres lantaran penyakit kanker
payudaranya tidak kunjung sembuh. Kekinian, kondisi tersangka masih kritis. Dia
menikamkan pisau ke perutnya sebanyak sembilan kali, dan satu ketangan kirinya.
Itu dia lakukan setelah membunuh anak kandung," tutur Fahmi, Sabtu malam.
Sementara Vincent, sudah dibawa ayah dan kakeknya
untuk disemayamkan di Rumah Duka Mulia Sejahtera.
"Saya belum tahu di lokasi mana nanti
Vincent dikebumikan," kata ayahnya, Chandra, di rumah duka.
Pendapat:
Menurut saya, pelaku telah
mengalami stress tingkat berat. Dalam kasus di atas dikatakan bahwa pelaku
sudah lama menderita penyakit kanker payudara dan tidak kunjung sembuh. Dalam
hal ini berarti tekanan utama yang membuat pelaku tega membunuh anak
kandunganya ialah penyakitnya sendiri. Ada beberapa kemungkinan yang membuat
pelaku sudah tidak kuat lagi menghadapi penyakit yang dideritanya hingga pada
akhirnya sang pelaku tega membunuh anak kandungnya sendiri.
Pertama, mungkin sang ibu kurang
mendapatkan perhatian khusus dari keluarganya untuk menghadapi penyakitnya itu.
Atau mungkin saja, di awal-awal ketika sang ibu menderita penyakit kanker payudara,
keluarga memberikan perhatian khusus padanya. Namun seiring dengan berjalannya
waktu, sang ibu telah melakukan berbagai macam pengobatan untuk menyembuhkan
penyakit nya itu namun tidak kunjung sembuh. Sehingga mungkin saja keluarga
dari sang pelaku sudah merasa lelah atau capek serta lebih berpasrah dan
berfikir kalau penyakit yang diderita sang pelaku (Kwee Fung Kin) memang sulit
disembuhkan dan persentase kemungkinan untuk sembuh pun sangat kecil sekali.
Kurangnya dukungan sosial dari orang-orang terdekat memang sangat berpengaruh
terhadap kesehatan mental seseorang.
Kedua, mungkin saja iman dari
sang pelaku tidak tumbuh dengan baik. Atau
mungkin saja, ibu tersebut selalu berdoa kepada Tuhan YME, mohon kesembuhan atas
penyakit yang dideritanya, namun doa nya tetap tidak dikabulkan, sehingga sang
ibu merasa frustasi dan merasa kesal kepada Tuhan mengapa Tuhan tidak mengabulkan
doa nya.
Ketiga, mungkin karena
faktor-faktor yang telah disebutkan diatas mengakibatkan sang pelaku menjadi
depresi berat. Orang yang menderita depresi berat tentunya tidak dapat berpikir
dengan jernih, sehingga pelaku berpikir jika ia membunuh anaknya maka ia akan
tetap bertemu dengan anaknya itu, karena
dalam berita di katakan “Setelah menghabisi nyawa putra bungsunya, Fung Kin ingin
mengakhiri hidupnya sendiri”. Namun nyawa sang pelaku dapat tertolongkan.
Jadi apabila disekitar kita ada
orang yang menderita penyakit yang serius dan sulit untuk disembuhkan, alangkah
baiknya apabila kita memberi dukungan sosial berupa memberi perhatian dan kasih
sayang kepada mereka, dengan tujuan agar mereka tidak merasa kesepian, karna
masih ada orang-orang yang peduli dengan mereka, sehingga mereka pun tetap
semangat menjalani hidup walau harus melawan penyakit yang dideritanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar