BAB 6
MANUSIA DAN PENDERITAAN
1.
Pengertian Penderitaan
Penderitaan
berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta yang
artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan
sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan dapat berupa penderitaan lahir
atau batin atau lahir dan batin.
Penderitaan
termasuk realitas manusia dan dunia. Intensitas penderitaan bertingkat-tingkat,
ada yang berat, ada yang ringan. Namun peranan individu juga menentukan
berat-tidaknya intensitas penderitaan. Suatu peristiwa yang dianggap
penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain.
Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit kembali bagi
seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan.
Penderitaan akan dialami oleh semua orang, hal itu sudah merupakan resiko
hidup. Tuhan memberikan kesenangan atau kebahagiaan kepada umatnya, tetapi juga
memberikan penderitaan atau kesedihan yang kadang-kadang bermakna agar manusia
sadar untuk tidak memalingkan dariNya. Untuk itu pada umumnya manusia telah
diberikan tanda atau wangsit sebelumnya, hanya saja mampukah manusia menangkap
atau tanggap terhadap peringatan yang diberikanNya?
Baik dalam Al-Quran maupun kitab suci agama lain banyak surat dan ayat yang
menguraikan tentang penderitaan yang dialami oleh manusia atau berisi
peringatan bagi manusia akan adanya penderitaa. Tetapi umumnya manusia kurang
memperhatikan peringatan tersebut, sehingga manusia mengalami penderitaan.
Berbagai kasus penderitaan terdapat dalam kehidupan. Banyaknya macam kasus
penderitaan sesuai dengan liku-liku kehidupan manusia. Bagaimana manusia
menghadapi penderitaan dalam hidupnya? Penderitaan fisik yang dialami manusia
tentulah diatasi secara medis untuk mengurangi atau menyembuhkannya. Sedangkan
penderitaan psikis, penyembuhannya terletak pada kemampuan si penderita dalam
menyelesaikan sosal-soal psikis yang dihadapinya. Para ahli lebih banyak
membantu saja. Sekali lagi semuanya itu merupakan ”resiko” karena seseorang mau
hidup. Sehingga enak atau tidak enak, bahagia atau sengsara
merupakan dua sisi atau masalah yang wajib diatasi.
2. Siksaan
Siksaan
dapat diartikan sebagai siksaan badan atau jasmani dan dapat juga berupa
siksaan jiwa atau rohani.Akibat siksaan yang dialami seseorang, timbullah
penderitaan.
Berbicara tentang siksaan, maka terbayang pada
ingatan kita tentang neraka dan dosa dan akhirnya firman Tuhan dalam kitab suci
Al – Quran. Seperti kita maklumi di dalam kitab suci Al – Quran terdapat banyak
sekali surat dan ayat yang membicarakannya tentang siksaan ini.
Dalam Al – Quran surat – surat lain banyak berisi
jenis ancaman dan siksaan bagi orang – orang musyrik, syirik, makan riba,
dengki, memfitnah, mencuri, makan harta anak yatim, dan sebagainya. Namun
siksaan yang dialami manusia setelah didunia fana ini tidak akan dibicarakan
oleh penulis dalam modul ini, karena itu tugas para ahli agama.
Siksaan yang dialami oleh manusia memang merupakan
beban berat, sehingga dunia ini benar-benar merupakan neraka dalam hidupnya.
Bagi mereka yang mulai merasakan tidak mampu lebih lama menderita, biasanya
terlontar kata-katanya lebih baik mati daripada hidup, dengan pengertian bahwa
dengan kematiannya maka berakhirlah penderitaan yang dialaminya. Itulah sebabnya
mereka yang terlalu menderita dan merasa putus asa, lalu mengambil jalan
"pintas" dengan bunuh diri.
Siksaan-siksaan yang bersifat Psikis, yaitu :
- Kebimbangan, siksaan ini
terjadi ketika manusia sulit untuk menentukan pilihan mana yang akan
mereka ambil dan mereka tidak ambil. Situasi ini sangat membuat psikis
manusia tidak stabil dan butuh pertimbangan yang amat sangat sulit.
- Kesepian,
merupakan perasaan sepi yang amat sangat tidak diinginkan oleh setiap
manusia. Pada hakikatnya manusia itu adalah makhluk yang bersosial ,hidup
bersama dan tidak hidup seorang diri. Faktor ini juga dapat mengakibatkan
depresi kejiwaan yang berat dan merupakan siksaan paling mendalam yang
menimpa rohani manusia
- Ketakutan,
adalah suatu reaksi psikis emosional terhadap sesuatu yang ditakuti oleh
manusia. Rasa takut ini dapat menimbulkan traumatik yang amat mendalam.
Dampaknya manusia bisa kehilangan akal pikirannya dan membuat manusia
berkejatuhan mental.
Sebab-sebab
orang merasa ketakutan :
a. Claustrophobia : takut terhadap ruang tertutup
b. Agorophobia : takut terhadap ruangan terbuka
c. Gamang : takut berada di tempat ketinggian
d. Kegelapan : takut bila berada di tempat gelap
e. Kesakitan : takut yang disebabkan rasa sakit
f. Kegagalan : takut akan mengalami kegagalan
3. Kekalutan Mental
Penderitaan
batin dalam ilmu psikologi dikenal sebagai kekalutan mental. Secara
lebih sederhana kekalutan mental adalah gangguan kejiwaan akibat ketidak
mampuan seseorang menghadapi persoalan yang harus dihadapinya sehingga yang
bersangkutan bertingkah laku secara kurang wajar dari biasanya.
Gejala awal bagi seseorang yang
mengalami kekalutan mental adalah :
a. Nampak pada jasmani yang sering
merasakan pusing, sesak napas, demam, nyeri pada lambung
b. Nampak pada kejiwaannya dengan rasa
cemas, ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, mudah marah
Selain itu, ada juga beberapa tahap-tahap gangguan kejiwaan
yaitu :
- Gangguan kejiwaan dapat
terlihat dari gejala-gejala kehidupan si penderita bisa jasmani maupun
rohaninya.
- Usahanya
untuk mempertahankan diri dengan cara negatif, yaitu mundur atau lari,
sehingga cara bertahan dirinya salah; pada orang yang tidak menderita
gangguan kejiwaan bila menghadapi persoalan, justru lekas memecahkan
problemnya, sehingga tidak menekan perasaanya.
- Kekalutan
merupakan titik patah (mental breakdown) dan yang bersangkutan akan
mengalami gangguan.
Beberapa penyebab timbulnya kekalutan mental, yaitu :
- Kepribadian yang lemah akibat
kondisi jasmani atau mental yang kurang sempurna. Hal-hal tersebut sering
menyebabkan yang bersankutan merasa rendah diri yang secara
berangsur-angsur akan menyudutkan kedudukannya dan menghancurkna
mentalnya.
- Terjadinya
konflik sosial budaya akibat borma berbeda antara yang bersangkutan dengan
apa yang ada dalam masyarakat, sehingga ia tidak dapat menyesuaikan diri
lagi; misalnya orang pedesaan yang berat menyesuaikan diri dengan
kehidupan kota, orang tua yang telah mapan sulit menerima keadaan baru
yang jauh berbeda dari masa jayanya dulu.
- Cara
pematangan batin yang salah dengan memberikan reaksi yang berlebihan
terhadap kehidupan sosial; over acting sebagai overcompensative.
Proses
kekalutan mental yang dialami seseorang dapat mendorongnya berperilaku
kearah positif dan negatif.
- Positif : trauma jiwa yang dialami dijawab dengan baik
sebagai usaha agar tetap maju dalam hidup, misalnya melakukan sholat
tahajut, ataupun melakukan kegiatan yang positif setelah mengalami
kejatuhan dalam hidupnya
- Negatif : trauma yang dialami
tetapi terlalu berlarut-larut sehingga yang bersangkutan mengalami
frustasi atau tekanan batin akibat tidak tercapainya apa yang diinginkan.
Bentuk-bentuk
frustasi antara lain :
1.
Agresi : kemarahan yang berlebihan
akibat emosi yang tak terkendali dan secara fisik berakibat mudah terjadinya
hipertensi (tekanan darah tinggi) atau tindakan sadis yang dapat membahayakan
orang disekitarnya.
2.
Regresi : kembali pada pola
perilaku yang primitif atau kekanak-kanakan (infantil), misalnya dengan
menjerit-jerit, menangis sampai meraung-raung, memecah barang-barang.
3.
Fiksasi : peletakan pembatasan pada
satu pola yang sama (tetap) misalnya dengan membisu, memukul-mukul dada
sendiri, membentur-benturkan kepala pada benda keras.
4.
Proyeksi : merupakan usaha
melemparkan kelemahan dan sikap-sikap sendiri yang negatif kepada orang lain.
5.
Identifikasi : menyamakan diri dengan
seseorang yang sukses dalam imajinasinya.
6.
Narsisme : mencintai diri sendiri
dengan cara yang berlebihan sehingga yang bersangkutan merasa dirinya lebih
superior daripada orang lain.
7.
Autisme : menutup diri secara total
dari dunia real, tidak mau berkomunikasi dengan orang lain, dan ia merasa puas
dengan fantasinya sendiri yang dapat menjurus ke sifat yang tidak wajar.
Penderitaan
kekalutan mental banyak terdapat dalam lingkungan seperti :
1. Kota-kota besar
yang banyak memberi tantangan-tantangan hidup yang berat, sehingga orang merasa
dikejar-kejar dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, sementara itu sebagian orang
tidak mau tahu keperluan hidupnya, sebagian orang tidak mau tahu terhadap
penderitaan orang lain akibat egoism sebagai ciri masyarakat kota.
2. Anak-anak muda
usia yang tidak berhasil dalam mencapai apa yang dikehendaki atau
diidam-idamkan, karena tidak berimbangnya kemampuan dengan tujuannya, sehingga
pada orang-orang usia tua pun sering mengalami penderitaan dalam kenyataan
hidupnya akibat
norma lama yang dipegang teguh sudah tidak sesuai dengan
norma baru yang tengah berlaku.
3. Wanita pada
umumnya lebih mudah merasakan suatu masalah yang dibawanya kedalam hati atau
perasaanya, ntetapi lebih sulit mengeluarkan perasaannya tersebut, sementara
itu mereka memiliki kondisi tubuh yang lebih lemah, sehingga kaum wanitalah
yang banyak menjadi penderita psikosomatisme (penyakit akibat gangguan
kejiwaan) daripada kaum pria.
4. Orang yang tidak
beragama tidak memiliki keyakinan, bahwa diatas dirinya ada kekuasaan yang
lebih tinggi, sehingga sifat pasrah umumnya tidak dikenalnya, dalam keadaan
yang sulit orang yang demikian ini mudah sekali mengalami penderitaan.
5.
Orang yang terlalu mengejar materi seperti
pedagang dan pengusaha memiliki sifat ngoyo dalam memperoleh tujuan
kegiatannya, yaitu mencari untung sebanyak mungkin, mereka adalah kaum
materialis dan mengabaikan masalah spiritual yang justru membuat seseorang
pasrah pada saat-saat tertentu.
Siksaan ternyata juga menimbulkan kreativitas bagi
yang pernah mengalami siksaan atau orang lain yang berjiwa seni yang
menyaksikan baik langsung ataupun tidak langsung. Siksaan yang dialami oleh
manusia memang merupakan beban berat, sehingga dunia ini benar-benar merupakan
neraka dalam hidupnya. Bagi mereka yang mulai merasakan tidak mampu lebih lama
menderita, biasanya terlontar kata-katanya lebih baik mati daripada hidup,
dengan pengertian bahwa dengan kematiannya maka berakhirlah penderitaan yang
dialaminya. Itulah sebabnya mereka yang terlalu menderita dan merasa putus asa,
lalu mengambil jalan "pintas" dengan bunuh diri.
Cara-cara untuk
menghindarkan diri dari frustrasi antara lain adalah sebagai berikut :
- Seseorang
harus memelihara kesehatan jiwa (mental health) yang memiliki
ciri-ciri seperti memelihara tujuan hidup, bergairah namun tetap serta
harmonis, ada keseimbangan antara kemampuan dan tujuan, memiliki integrasi
dan regularisasi tehadap struktur kepribadian, dan efisien dalam
tindakan-tindakannya.
- Melatih
berpikir dan berbuat wajar tanpa menggunakan defence mechanism atau escape
mechanism yang negatif. Artinya hanya bersifat pertahanan mundur yang pada
suatu saat akan mengakibatkan seseorang terpojok sendiri. Untuk
menghindari hal tersebut, salah satu cara yang baik adalah dengan melakukan positive
thinking, yaitu suatu cara untuk memecahkan persoalan dengan berpikir
jauh ke depan (futuristis).
- Berani
mengatasi kesulitan sebagai respons terhadap challenge (tantangan)
yang dihadapi agar dirinya survive dalam kehidupan.
Keberhasilan seseorang dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi akan
membuat dirinya menjadi puas.
- Berkomunikasi
dengan orang lain, terutama dengan para ahli (Psikiater). Lebih dari itu
adalah menghilangkan himpitan perasaan untuk memperoleh petunjuk dalam
mengatasi kesulitan yang dihadapi, selain dengan para ahli, cara mengatasi
persoalan juga dapat dilakukan dengan berkomunikasi dengan kawan akrab.
Kawan akrab dapat diajak bertukar pikiran, sehingga bisa membantu dalam
meringankan suatu masalah, misalnya frustrasi. Dalam banyak hal, kawan
akrab selalu menampung segala rasa, terutama rasa yang tidak menyenangkan,
misalnya penderitaan. Bahkan, pada saat yang diperlukan dapat juga
memberikan nasihat yang dibutuhkan.
4.
Penderitaan dan Perjuangan
Penderitaan adalah
bagian kehidupan manusia yang bersifat kodrati. Dan perjuangan merupakan usaha
manusia untuk keluar dari penderitaan. Setiap manusia pasti mengalami
penderitaan, baik berat ataupun ringan. Penderitaan adalah bagian kehidupan
manusia, karena itu terserah kepada manusia itu sendiri untuk berusaha
mengurangi penderitaan itu semaksimal mungkin, bahkan menghindari atau
menghilangkan sama sekali. Manusia adalah mahluk berbudaya dengan budayanya itu
ia berusaha mengatasi penderitaan yang mengancam atau dialaminya. Hal ini
membuat manusia itu kreatif, baik bagi penderita sendiri maupun bagi orang lain
yang melihat atau mengamati penderitaan.
Penderitaan
dikatakan sebagai kodrat manusia, artinya sudah menjadi konsekwensi manusia
hidup, bahwa manusia hidup ditakdirkan bukan hanya untuk bahagia, melainkan
juga menderita. Karena itu manusia hidup tidak boleh pesimis, yang menganggap
hidup sebagai rangkaian penderitaan. Manusia harus optimis ia harus berusaha
mengatasi kesulitan hidup. Allah telah berfirman dalam surat Arra’du ayat 11,
bahwa Tuhan tidak akan merubah nasib seseorang kecuali orang itu sendiri yang
berusaha merubahnya.
Pembebasan dari
penderitaan pada hakekatnya meneruskan kelangsungan hidup. Caranya ialah
berjuang menghadapi tantangan hidup dalam alam lingkungan, masyarakat sekitar,
dengan waspada, dan disertai doa kepada Tuhan supaya terhindar dari bahaya dan
malapetaka.Manusia hanya merencanakan dan Tuhanlah yang menentukan. Kelalaian
manusia merupakan sumber malapetaka yang menimbulkan penderitaaan. Penderitaan yang
terjadi selain dialami sendiri oleh yang bersangkutan, mungkin juga dialami
oleh orang lain. Bahkan mungkin terjadi akibat perbuatan atau kelalaian
seseorang, orang lain atau masyarakat menderita.
Apabila kita
memperhatikan dan membaca riwayat hidup para pemimpin bangsa, orang-orang besar
di dunia, sebagian dari kehidupannya dilalui dengan penderitaan dan penuh
perjuangan. Pemimpin kita Bung Karno dan Bung Hatta berapa lama mendekan dalam
penjara kolonial karena perjuangannya memerdekakan bangsa. Demikian juga
pemimpin-pemimpin kita yang lain.
5.
Penderitaan, Media Massa, dan Seniman
Dalam zaman serba modern sekarang ini
kemungkinan terjadi penderitaan itu lebih besar. Hal ini telah dibuktikan oleh
kemajuan teknologi dan sebagainya mensejahterakan manusia dan senjata, peluru
kendali, pabrik bahan kimia merupakan sumber peluang terjadinya penderitaan
manusia. Hal ini sudah terjadi seperti bom atom di Hirosyima dan Nagasaki,
kebocoran reactor nuklir di Uni Soviet , kebocoran gas beracun di India,
pengunaan peluru kendali dalam perang Irak dan yang baru terjadi di Jepang
tepatnya di Fukushima terjadi ledakan reactor nuklir yang menyebabkan radiasi
nuklir yang membahayakan kesehatan manusia,akibatnya masyarakat sekitar yang
tinggal di daerah tersebut harus di ungsikan ke tempat yang jauh dari daerah
terkena radiasi.
Beberapa sebab lain yang menimbulkan penderitaan manusia ialah,
kecelakaan, bencana alam, bencana perang dal lain – lain. Contoh tenggelamnya
kapal tampomas dua diperairan malasembo, jatuhnya pesawat Hercules yang
mengangkut para perwira muda di Condet, meletusnya gunung galunggung dan perak
irak dan iran.
Berita mengenai penderitaan silih berganti mengisi lembaran Koran, berita
di televisi, radio, dengan maksud supaya orang yang yang menyaksikan ikut
merasakan dari jauh penderitaan manusia. Nyatanya tidak sedikit bantuan yang
datang dari dermawan dan sukarelawan berupa material dan tenaga untuk
meringankan dan menyelamatkan mereka dari musibah ini. Media masa adalah salah
satu alat yang paling tepat untuk mengkomunikasikan peristiwa – peristiwa
penderitaan manusia secara cepat kepada masyarakat.
Dengan demikian masyarakat dapat segera menilai untuk menentukan sikap
antara sesame manusia terutama bagi yang merasa simpati. Tetapi tidak kalah
pentingnya komunikasi yang dilakukan para seniman melalui karya seni, sehingga
para pembaca, penontonnya dapat menghayati penderitaan sekaligus keindahan
karya seni. Contoh bagaimana penderitaan seorang istri yang bernama Manohara
akibat kekerasan rumah tangga yang di filmkan dengan judul “Manohara”, juga ada
berita seperti bagaimana penderitaan anak bernama Arie Hangara yang mati akibat
siksaan orang tuanya sendiri yang di filmkan dengan judul “Arie Hangara”
6. Penderitaan dan Sebab-sebabnya
Jika Diklasifikasikan berdasarkan sebab – sebab
munculnya penderitaan manusia itu ada dua, yang pertama yaitu Penderitaan yang
timbul karena perbuatan buruk manusia, dan yang kedua Penderitaan yang timbul
karena penyakit, siksaan / azab tuhan.
a. Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia
Penderitaan yang menimpa manusia karena perbuatan
buruk manusia dapat terjadi dalam hubungan sesame manusia dan hubungan manusia
dengan alam sekitarnya. Penderitaan ini kadang disebut dengan nasib buruk.
Nasib buruk ini dapat diperbaiki manusia supaya menjadi baik. Dengan kata lain,
manusialah yang dapat memperbaiki nasibnya. Allah SWT berfirman, Aku tidak akan
pernah merubah nasib hambaku, melainkan Hambaku sendirilah yang merubahnya.
Sudah jelas Tuhan tidak akan mengubah nasib hambanya, karena atas usaha
hambanya sendirilah yang bisa mengubah nasibnya itu. Adapun perbedaan antara
nasib buruk dan takdir, kalau takdir Tuhan yang menjadi penentunya sedangkan
nasib buruk itu manusia lah penyebabnya.
Karena
Perbuatan buruk antara sesama manusia menyebabkan menderitanya manusia yang
lain, contohnya :
1) Pembantu
rumah tangga yang diperkosa, disekap, dan disiksa oleh majikannya, sudah pantas
jika majikannya yang biadab itu diganjar dengan hukuman penjara oleh pengadilan
negeri Surabaya supaya perbuatannya itu dapat diperbaiki sekaligus merasakan
penderitaan yang telah ia berikan kepada orang lain. Sedangkan pembantu yang
telah menderita itu dipulihkan.
2) Perbuatan
buruk orang tua Arie Hanggara yang menganiaya anak kandungnya sendiri sampai
mengakibatkan kematian, sudah pantas jika dijatuhkan hukuman oleh pengadilan
Negeri Jakarta Pusat supaya perbuatannya itu dapat diperbaiki dan sekaligus
merasakan penderitaan anaknya.
3) Perbuatan
buruk para pejabat pada zaman orde lama dituliskan oleh seniman Rendra dalam
puisinya “bersatulah pelacur – pelacur kota Jakarta”, perbuatan buruk yang
merendahkan derajad kaum wanita tidak lebih dari pemuas nafsu seksual. Kaya
Rendra ini dipandang sebagai salah satu usaha memperbaiki nasib buruk itu
dengan mengkomunikasikannya kepada masyarakat termasuk pejabat dan pelacur ibu
kota itu.
Perbuatan
buruk manusia terhadap lingkungannya pun dapat menimbulkan bagi penderitaan
bagi manusia yang lainnya. Tetapi kebanyakan manusia tidak menyadari karena
perbuatannya lah yang menimbulkan penderitaan pada manusia yang lainnya.
Kebanyakan manusia baru menyadari kesalahannya ketika bencana yang menimbulkan
penderitaan bagi manusia yang lainnya itu sudah terjadi. Contohnya :
1) Musibah
banjir dan tanah longsor di lampung selatan bermula dari penghunian liar di
hutan lindung, kemudian dibabat menjadi lahan tandus dan gundul oleh manusia –
manusia penghuni liar itu. Akibatnya beberapa jiwa jadi korban banjir, ratusan
rumah hancur, belum terhitung lagi jumlah ternak dan harta benda yang hilang /
musnah. Segenap lapisan masyarakat, pemerintah dan ABRI bekerja sama untuk
membebaskan para korban dari penderitaan yang mereka derita itu.
2) Perbuatan
Lalai, mungkin kurang control terhadap tangki – tangki penyimpanan gas – gas
beracun dari perusahaan “Union Carbide” di India. Gas – gas beracun dari tangki
penyimpanan bocor memenuhi dan mengotori daerah sekitarnya, mengakibatkan
ribuan penduduk penghuni daerah itu mati lemas, dan cacat fisik. Inilah
penderitaan manusia karena perbuatan lalai dari pekerjaan atau pimpinan
perusahaan itu. Ia bertanggung jawab untuk memulihkan penderitaan manusia
disitu.
b.
Penderitaan yang timbul karena penyakit, siksaan / azab tuhan
Penderitaan manusia dapat juga terjadi akibat
penyakit atau siksaan / azab Tuhan. Namun kesabaran, tawakal, dan optimism
dapat merupakan usaha manusia untuk mengatasi penderitaan itu. Banyak contoh
kasus penderitaan semacam ini dialami manusia. Beberapa kasus penderitaan dapat
diungkapkan berikut ini :
- Seorang anak lelaki buta
sejak diahirkan, diasuh dengan tabah oleh orang tuanya. Ia disekolahkan,
kecerdasannya luar biasa. Walaupun ia tidak dapat melihat dengan mata
hatinya terang benderang. Karena kecerdasannya, ia memperoleh pendidikan
sampai di universitas, dan akhirnya memperoleh gelar doctor di Universitas
Sourbone Perancis. Dia adalah Prof.Dr. Thaha Husen, guru besar Universitas
di Kairo, Mesir.
- Nabi Ayub mengalami siksaan
Tuhan, tetapi dengan sabar ia menerima cobaan ini. Bertahun-tahun ia
menderita penyakit kulit, sehingga istrinya bosan merawatnya, dan ia
dikucilkan. Berkat kesabarannya dan kepasrahannya kepada Tuha, maka
seiring berjalannya waktu Nabi Ayub pun sebuh dan tampak lebih muda,
sehingga istrinya tidak mengenalinnya lagi. Disini kita dihadapkan kepada
masalah sikap hidup kesetiaan, kesabaran, tawakal, percaya, pasrah, tetapi
juga sikap hidup yang lemah, seperti kesetiaan dan kesabaran sang istri
yang luntur, karena penyakit Nabi Ayub yang cukup lama.
- Tenggelamnya Fir’aun di laut
merah seperti disevutkan dalam Al – Qur’an adalah azab yang dijatuhkan
Tuhan kepada orang yang angkuh dan sombong. Fir’aun adalah raja mesir yang
mengaku dirinya Tuhan. Ketika Fir’aun bersama bala tentaranya mengejar
nabi Musa dan para pengikutya menyeberangi laut merah, laut itu terbelah
dan Nabi Musa serta para pengikutnya berhasil melewatinya. Ketika Fir’aun
dan tentaranya berada tepat ditengah belahan laut merah itu, seketika juga
laut merah itu tertutup lagi dan mereka semua tenggelam.
7.
Pengaruh Penderitaan
Orang
yang mengalami penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh bermacam-macam dan
sikap dalam dirinya. Sikap yang
timbul dapat berupa sikap positif ataupun sikap negatif. Sikap negatif misalnya
penyesalan karena tidak bahagia, sikap kecewa, putus asa, ingin bunuh diri,
Siakp ini diungkapkan dalam peribahasa “Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian
tak berguna” ,”nasi sudah menjadi bubur”. Kelanjutan dari sikap negatif ini
dapat timbul sikap anti, misalnya anti kawin atau tidak mau kawin, tidak punya
gairah hidup.
Sikap positif yaitu sikap
optimis mengatasi penderitaan hidup, bahwa hidup bukan rangkaian penderitaan,
melainkan perjuangan membebaskan diri dari penderitaan, dan penderitaan itu
adalah hanya bagian dari kehidupan. Sikap positif biasanya kreatif, tidak mudah
menyerah, bahkan mungkin timbul sikap keras atau sikap anti, misalnya anti
kawin paksa, ia berjuang menentang kawin paksa, anti ibu tiri,ia berjuang
menentang kekerasan dan lain-lainnya
Apabila sikap negatif dan
positif ini dikomunikasikan oleh para seniman kepada para pembaca, penonton,
maka para pembaca, para penonton akan memberikan penilainnya. Penilaian itu
dapat berupa kemauan untuk mengadakan perubahan nilai-nilai kehidupan dalam
masyarakat dengan tujuan perbaikan keadaan. Keadaan yang sudah tidak sesuai
ditinggalkan dan diganti dengan keadaan yang lebih sesuai, keadaan yang berupa
hambatan harus disingkirkan.
DAFTAR PUSTAKA:
Nugroho,
Widyo. 1996. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Universitas Gunadarma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar