LAPORAN PRAKTIKUM PSIKOLOGI FAAL
Nama Mahasiswa : Stephani Ps
NPM :
17512143
Tanggal Pemeriksaan : 20
Juni 2013
|
Nama Asisten : 1.
2.
Paraf Asisten :
|
I. Percobaan : Indera
Penciuman
Nama Percobaan : Pembauan
Nama Subjek Percobaan : Stephani Puspitasari
Tempat Percobaan : Laboratorium
Psikologi Faal
a.
Tujuan Percobaan : Untuk membuktikan bahwa
zat yang dibaui adalah zat yang berupa gas, serta membedakan beberapa wewangian
mulai dari bau yang tidak enak sampai yang enak.
b. Dasar Teori : Indera penciuman terletak pada rongga
hidung. Di dalam rongga hidung terdapat rambut-rambut halus yang berfungsi
untuk menyerap kotoran yang masuk melalui sistem pernafasan (respiratory).
Selain itu, terdapat konka nasal superior, intermediet serta inferior.
Pada bagian konka nasal superior terdapat akar sel-sel dan jaringan syaraf
penciuman (nervus olfaktorius yang merupakan syaraf kranial pertama)
yang berfungsi untuk mendeteksi bau-bauan yang masuk melalui hirupan nafas.
Tanggung
jawab sistem pembau (sistem olfaction) adalah mengindikasikan molekul-molekul
kimia yang dilepaskan di udara yang mengakibatkan bau. Molekul kimia diudara
dapat dideteksi bila ia masuk ke reseptor olfactory epithelia melalui
proses penghirupan. Manusia dapat membedakan
berbagai macam bau bukan karena memiliki banyak reseptor pembau namun kemampuan
tersebut ditentukan oleh prinsip-prinsip komposisi (component principle). Seperti
pada penglihatanwama (hanya memiliki tiga reseptor wama dasar, namun dari
komposisi yang berbeda-beda dapat dilihat wama yang bermacam-macam), organ pembau
hanya memiliki tujuh reseptor, namun dapat membedakanlebih dari 600 aroma yang
berbeda.
Alat pembau atau sistem olfaction biasajuga disebut dengan
Organon Olfaktus, dapat menerima stimulus benda-benda kimia sehingga reseptomya
disebut pula chemoreceptor.
Organon olfaktus terdapat pada hidung bagian atas, yaitu
pada concha superior dan membran ini hanya menerimarangsang benda-benda
yang dapat menguap dan berwujud gas. Bagian-bagiannya adalah sebagai berikut:
a. Concha Superior
b. Concha Medialis
c. Concha Inferior
d. Septum nasi (sekat
hidung)
Concha-concha tersebut adalah dari tulang, ditutupi oleh
selaput lender yang mengandung penuh pembuluh, pembuluh darah dan dapat
membesar. Gunanya untuk memanasi hawa yang akan masuk ke paru-paru.
Reseptor organon olfactory terdapat di bagian atas hidung,
menempel pada lapisan jaringan yang diselaputi lendir dan disebut olfactory
muscosa. Selaput lendir tersebut berfungsi untuk melembabkan udara. Pada
bagian tersebut juga terdapat bulu-bulu hidung yang berfungsi untuk menyaring
debu dan kotoran.
Benda kimia yang dapat menstimulasi sel saraf dalam hidung
adalah substansi yang dapat larut dalam zat cair (lendir) yang terdapat pada
cilia yang menutupi sel tersebut. Makin berbau suatu substansi, maka hal
tersebut menunjukkan bahwa makin banyak molekul yang dapat larut dalam air dan
lemak (konsentrasi penguapannya tinggi).
Reseptor olfaktori hanya mampu berfungsi selama 35 hari.
Bila mati, baik karena sebab yang alami, maupun karena kerusakan fisik, maka
reseptor tersebut akan digantikan oleh reseptor-reseptor baru yang axonnya akan
berkembang ke lapisan olfactory bulbs yang akan dituju, dan bila telah
sampai pada lapisan yang dimaksud, mereka akan memulihkan koneksi sinapsis yang
terputus.
Anatomi dan
fisiologi penafasan bagian atas yaitu:
1. Rongga Hidung, terdiri atas :
(1) Vestibulum yang
dilapisi oleh sel submukosa sebagai proteksi.
(2) Struktur konka yang
berfungsi sebagai proteksi terhadap udara luar karena strukturnya yang
berlapis.
(3) Sel silia yang
berperan untuk melemparkan benda asing ke luar dalam usaha untuk membersihkan
jalan napas.
Bagian
internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi rongga hidung kanan
dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum.
2. Faring
Faring merupakan
saluran yang memiliki panjang kurang lebih 13 cm yang menghubungkan nasal dan
rongga mulut kepada laring pada dasar tengkorak.
3. Laring
Laring tersusun atas 9 Cartilago
(6 Cartilago kecil dan 3 Cartilago besar). Terbesar adalah Kartilago
thyroid yang berbentuk seperti kapal, bagian depannya mengalami penonjolan
membentuk “adam’s apple”, dan di dalam cartilago ini ada pita suara. Fungsi
utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi. Laring juga melindungi
jalan napas bawah dari benda asing dan memudahkan batuk. Laring sering disebut
sebagai kotak suara dan terdiri atas:
a. Epiglotis : daun katup kartilago yang dapat
menutup saat proses menelan.
b. Glotis
c. Kartilago Thyroid
c. Alat yang Digunakan : Tempat membakar
kemenyan, hio, dupa, obat nyamuk (baygon), dan beberapa macam wewangian (lebih
dari 5).
d. Jalannya Percobaan : 1.1 Wewangian
Praktikan maju ke depan, lalu praktikan diminta
untuk mencium dan menebak 6 macam wewangian yang telah disediakan oleh asisten
lab.
1.2
Kemenyan
Pertama-tama, praktikan
mencium bau dupa, hio dan baygon terlebih dahulu sebelum dibakar. Kemudian,
praktikan mengambil sebatang hio, dupa dan baygon untuk dibakar, lalu mencium
bau ketiga objek tersebut setelah dibakar.
e. Hasil Percobaan :
1.1 Wewangian
13
= pisang 5 =
kopi
12
= melon 7 =
teh
14
= mawar 2 =
pandan
1.2
Kemenyan
Hio, dupa dan obat nyamuk yang dibakar lebih kuat
baunya dan lebih menyengat karena concha
nasal superior hanya menerima rangsang benda-benda yang dapat menguap dan
berwujud gas.
Biasanya
dalam hal kemampuan mengingat bau, perempuan lebih baik dari pada pria
dikarenakan pada wanita ruang dalam menerima gas lebih luas (concha nasal superior). Umumnya wanita
dapat mengingat 5 macam wewangian sedangkan pria hanya 3 wewangian.
f.
Kesimpulan : Kita
dapat dengan
mudah mengenali makanan yang sudah busuk dengan yang masih segar dengan mudah
hanya dengan mencium aroma makanan tersebut. Di dalam hidung kita terdapat
banyak sel kemoreseptor untuk mengenali bau.
Manusia
dapat membedakan berbagai macam bau bukan karena memiliki banyak reseptor
pembau namun kemampuan tersebut ditentukan oleh prinsip-prinsip komposisi (component
principle), organ pembau hanya memiliki tujuh reseptor namun dapat
membedakan lebih dari 600 aroma yang berbeda.
Seseorang
yang memiliki hidung mancung akan lebih sensitif atau lebih peka terhadap
bau.
Organon olfaktus terdapat
pada hidung bagian atas, yaitu pada concha superior dan membran ini
hanya menerima rangsang benda-benda yang dapat menguap dan berwujud gas.
g. Daftar Pustaka : Puspitawati,
Ira. 1999. Psikologi Faal. Jakarta: Penerbit
Gunadarma.
II. Percobaan : Indera Pengecap
Nama Percobaan : Merasakan
berbagai macam rasa
Nama Subjek Percobaan : Stephani Puspitasari
Tempat Percobaan : Laboratorium
Psikologi Faal
a.
Tujuan Percobaan : Memahami
dan mengetahui bahwa lidah merupakan alat pengecap rasa serta membuat peta rasa.
b. Dasar Teori : Sistem
pengecap atau sistem gustatory terdapat di lidah. Pada lidah, terdapat reseptor
perasa yang dapat membedakan rasa yang disebut taste buds. Reseptor pada
lidah akan digantikan oleh reseptor yang baru setiap 10 hari sekali. Lidah mempunyai lapisan mukosa yang
menutupi bagian atas lidah, dan permukaannya tidak rata karena ada
tonjolan-tonjolan yang disebut dengan papilla, pada papilla ini
terdapat reseptor untuk membedakan rasa makanan. Apabila pada bagian lidah
tersebut tidak terdapat papilla lidah menjadi tidak sensitif terhadap
rasa. Papilla atau tonjolan-tonjolan pada lidah memiliki bentuk-bentuk
tertentu, yaitu:
1.
Tonjolan berbentuk seperti benang-benang halus yang disebut dengan Papilla
filiformis, banyak terdapat dibagian depan lidah.
2.
Tonjolan berbentuk seperti kepala jamur yang disebut papilla fungiformis, banyak
terdapat dibagian depan dan sisi lidah.
3.
Tonjolan yang berbentuk bulat yang disebut papilla circumvalata,
tersusun seperti huruf V terbalik, banyak terdapat dibagian belakang lidah.
Didalam
papillae terdapat banyak putting pengecap (taste buds). Setiap
putting pengecap terdiri atas dua jenis sel seperti berikut ini :
1.
Sel-sel pengecap memiliki tonjolan-tonjolan seperti rambut yang menonjol keluar
dari pengecap.
2.
Sel-sel penunjang yang berfungsi untuk menyokong sel-sel pengecap.
Sistem gustatory atau organon
gustus adalah indera pengecap yang terdapat pada lidah dan memiliki 4 modalitet
yaitu:
a. Manis, pada puncak lidah, dapat
diselidiki dengan meletakkan gula di lidah.
b.
Asin, pada
puncak dan tepi lidah, dapat diselidiki dengan meletakkan garam di lidah
c.
Asam, pada tepi lidah, dapat
dibuktikan dengan meletakkan asam sitrun di lidah.
d.
Pahit, pada
pangkal lidah, dapat dibuktikan dengan meletakkan kina di lidah.
Beberapa ahli menambahkan modalitet
yang kelima, yaitu rasa alkali. Di luar ke lima macam rasa tersebut, ada
kombinasi antara keempat atau kelima macam rasa itu yang akan menimbulkan rasa
yang berbeda-beda. Berbagai macam rasa tersebut masih dikombinasikan dengan
tipe-tipe rangsangan yang lain, seperti rangsang panas, dingin, lembut, dan
nyeri.
Reseptor perasa tidak memiliki axon
sendiri. Tiap neuron yang membawa impuls dari taste buds, akan menerima input
dari beberapa reseptor sekaligus. Sinyal yang timbul pada reseptor perasa akan
meluas ke sistem second-order neuron yang akan disampaikan ke cortex.
Saraf
afferen pada sistem gustatory meninggalkan rongga mulut yang merupakan bagian dari
saraf cranial bagian facial (VII), glossopharyngeal (IX), dan vagus (X).
Infonnasi bennula dari bagian depan lidah, ke bagian belakang lidah, akhimya
menuju ke bagian belakang rongga mulut. Saraf-saraf tersebut akan berakhir di solitary
nucleus di medulla dan bersinapsis dengan neuron yang akan menyampaikan
pesan ke ventral posterior nucleus di thalamus (letaknya berbeda dengan bagian
penerima impuls dari stimulasi oral yang motorik sifatnya). Axon-axon pada
nucleus ventral posterior akan membawa berita ke primary gustatory cortex dan
ke secondary gustatory cortex. Sistem gustatory juga akan menuju sistem
limbik. Proyeksi impuls ke hypothalamus diperkirakan memiliki peranan penting dalam
mengatur rasa lapar. Satu hal lagi yang perlu diingat dalam sistem gustatory,
yaitu berbeda dengan sistem sensoris yang lain, sistem gustatory diproyeksikan secara
ipsilateral.
Ketidakmampuan dalam membau disebut anosmia,
sedangkan ketidak-mampuan dalam perasa disebut ageusia. Penyebab
neurologis yang paling umum adalah benturan pada kepala yang menyebabkan
bergesemya otak di dalam tengkorak dan mengoyak saraf-saraf olfactory karena
masuk ke dalam lubang-Iubang permiabel di cribriform
plate.
c. Alat yang Digunakan : Cotton bud, 5-6 larutan
rasa (manis, asin, pahit, dan pedas), sapu tangan (handuk kecil).
d. Jalannya Percobaan :
Praktikan mengambil cutton bud, lalu cutton bud di celupkan ke dalam larutan 1.
Setelah dicelupkan, cutton bud di hisap
untuk dapat mengetahui rasa apa yang ada pada larutan 1. Hal yang sama juga
dilakukan pada larutan 2 sampai larutan ke-9.
e. Hasil Percobaan :
Larutan
1: manis Larutan 6: pedas
asin
Larutan 2: asin Larutan
7: pedas asam
Larutan
3: asam Larutan 8: pedas
pahit
Larutan
4: pahit Larutan9: pedas
manis
Larutan
5: pedas
f.
Kesimpulan : Kita
dapat membedakan berbagai macam rasa dari makanan yang kita makan, dikarenakan pada
lidah terdapat terdapat reseptor perasa yang dapat
membedakan rasa yang disebut taste buds. Lidah mempunyai
tonjolan-tonjolan yang disebut dengan papilla, pada papilla ini
terdapat reseptor untuk membedakan rasa makanan. Apabila pada bagian lidah
tersebut tidak terdapat papilla lidah menjadi tidak sensitif terhadap
rasa.
g. Daftar Pustaka : Puspitawati,
Ira. 1999. Psikologi Faal. Jakarta: Penerbit
Gunadarma.
http://ps-lanjut.lab.gunadarma.ac.id/wp- content/uploads/2013/04/Indera-Penciuman- dan-Indera-Pengecap.pdf